Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Sistem Poin DPC Tidak Adil? Perdebatan Muncul Pasca ESL One Katowice!

Penerapan sistem Dota Pro Circuit poin atau poin DPC untuk memperjelas direct invite menuju TI 8 dianggap cukup cemerlang dalam mengatasi masalah pantas tidaknya sebuah tim menerima direct invite menuju TI.

Masalah direct invite TI memang kerap jadi masalah karena diberikan secara sepihak oleh Valve selaku penyelenggara event. Penilaian Valve dalam mengundang tim yang dapat langsung berlaga di turnamen dengan hadiah puluhan juta dollar tentu harus jelas!

Sayangnya sampai dengan musim kemarin, sistem direct invite yang misterius perhitungannya tersebut masih diterapkan oleh Valve. Memasuki tahun 2018 ini, Valve menerapkan sistem poin DPC untuk para tim sebagai tiket menuju direct invite TI 8.

Poin DPC akan diberikan bagi setiap pemain dari tim yang mencapai peringkat tertentu dalam turnamen Valve yang memiliki status Minor maupun Major. Semakin sering sebuah tim memenangkan turnamen, maka akan semakin besar poin yang mereka miliki dan semakin besar kesempatan menuju TI 8.

Sumber: Twitter

Setidaknya begitu lah harapannya di atas kertas. Namun sistem DPC ini terbukti bukan tanpa kritikan setelah setengah jalan menuju TI 8 Agustus nanti. Beberapa kritikan muncul karena sistem ini memang masih tahap awal penerapannya.

Salah satu yang sempat heboh di komunitas Dota 2 adalah transfer pemain antara Navi dan Viruts Pro yang seaakan memanfaatkan “celah” dalam sistem poin DPC yang ada. Lil yang sudah mengatongi 900 poin DPC diturkar dengan Rodjer. Hasilnya? Navi seketika naik ke peringkat 5 kelasemen dan Virtus Pro tidak terganggu sama sekali.

Mekanisme tersebut memang diperbolehkan, namun nampaknya komunitas Dota 2 dan penulis sendiri belum terbiasa dengan mekanisme tersebut, sehingga terkesan ada celah yang dimanfaatkan oleh para tim bahkan pemain untuk mengeksploitasi sistem ini.

Yang terbaru, sistem poin DPC kembali mendapat kritikan soal distribusi poin yang diberikan. Poin DPC diberikan sampai dengan maksimal peringkat 4 bagi turnamen yang membedakan pemberian peringkat 3 dan 4.

Sayangnya, turnamen Major ESL One Katowice yang baru saja berlangsung menimbulkan kesan distribusi poin DPC ini tidak adil. Evil Geniuses yang berhasil memperoleh peringkat 6 besar setelah memulangkan tiga tim sama sekali tidak mendapat penghargaan. Hal ini diungkapkan pemain Complexity Gaming Rasmus “chessie” Blomdin.

Hal ini menimbulkan kontroversi dikalangan komunitas Dota 2. Komunitas terbagi menjadi dua kubu yaitu pihak yang mendukung agar distribusi poin diberikan diluar 4 besar, dan kubu lain tetap menekankan pemberian poin bagi tim teratas.

Dalam hal ini khususnya dalam ESL One Katowice, penulis sependapat dengan Editor dari Joindota yaitu Malystix yang menyatakan bahwa format event yang tidak konsisten menjadi masalah awal distribusi sistem poin DPC ini.

Dalam ESL One Hamburg yang terdiri dari 8 tim dengan sistem double elemination, maka poin untuk tim di peringkat 4 besar masuk akal. Namun ESL One Katowice adalah event dengan 16 tim yang seharusnya bisa memberikan penghargaan lebih bagi tim yang telah berjuang menembus ketatnya persaingan.

Menurutmu bagaimana guys? Apakah memang sistem poin DPC ini belum terdistribusi dengan sempurna? Atau memang sudah sepantasnya hanya tim teratas yang berhak mendapatkan poin DPC? Share di kolom komentar ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jodi Ibrahim
EditorJodi Ibrahim
Follow Us