Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
rrq huda 02.jpg
RRQ Huda eFootball (x.com/play_eFootball)

Intinya sih...

  • Huda, pemain eFootball Indonesia dari RRQ, juara eFootball Championship 2025 AC Milan di Italia.

  • Huda berhasil melalui jalur kualifikasi online dan menang dengan skill murni tanpa gimmick pemain.

  • Huda akan melangkah ke World Championship sebagai perwakilan resmi AC Milan dengan persiapan taktis yang matang.

Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh atlet eFootball Indonesia. Huda, pemain profesional dari tim legendaris Rex Regum Qeon (RRQ), sukses menjadi juara eFootball Championship 2025 AC Milan. Turnamen ini digelar langsung di kota Milan, Italia, mempertemukan pemain-pemain terbaik dari seluruh dunia.

Dengan permainan taktis, efisien, dan disiplin tinggi, Huda bukan hanya membanggakan RRQ, ia juga mengharumkan nama Indonesia di kancah global. GGWP berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan sang juara untuk menggali lebih dalam cerita di balik kemenangan, perjalanannya ke Milan, hingga target besar di masa depan.

Melalui Jalur Kualifikasi Online

Banyak yang penasaran, bagaimana bisa Huda—yang berasal dari Indonesia—akhirnya mewakili AC Milan dalam ajang ini. Dalam jawabannya, Huda menjelaskan bahwa proses seleksi menuju ke Milan berlangsung ketat.

Awalnya adalah dari kualifikasi open online. Diambil 16 peserta dari setiap zona, lalu diadu lagi untuk mencari satu pemain terbaik yang akhirnya diberangkatkan ke Milan, Italia,” jelasnya.

Perjalanan Huda di Milan dimulai dengan impresif. Pada pertandingan pertama, ia membantai lawannya, Mendoza, dengan skor telak 4-1. Namun, ujian sebenarnya datang di pertandingan kedua melawan pemain asal Ukraina, Ksendzov Pasha.

Tertinggal 0-1 hingga menit ke-85, banyak yang mengira Huda akan tumbang. Namun, dalam dua serangan cepat yang memanfaatkan kesalahan lini tengah lawan, Huda berhasil mencetak gol penyama dan gol kemenangan di menit 87 dan 92. Momen tersebut menjadi titik balik emosional sekaligus unjuk gigi mental baja seorang juara.

“Momen paling berkesan pastinya di final dan menjuarainya, tapi remontada melawan pemain Ukraina itu luar biasa. Bisa bangkit di menit akhir benar-benar tak terlupakan,” kenang Huda.

Tanpa Pemain Gimmick, Skill Murni Diuji

RRQ Huda (youtube.com)

Partai final kembali mempertemukan Huda dengan Ksendzov Pasha. Namun kali ini, Huda tampil lebih siap secara taktis. Menggunakan formasi 5-2-1-2 dengan pendekatan quick counter, ia memaksimalkan kekuatan dari lini depan lewat kombinasi Tami Abraham dan Rafael Leão. Ruben Loftus-Cheek berperan sebagai hole player yang efektif menusuk dari lini kedua.

“Saya memang pelajari karakteristik pemain-pemain AC Milan agar bisa optimal. Fokus saya adalah membuat formasi dan gaya main yang tidak mudah ditebak lawan,” ungkap Huda soal persiapan taktisnya.

Hasilnya? Dominasi penuh sejak menit awal. Huda unggul 2-0 di babak pertama, menambah satu gol di babak kedua, dan hanya kebobolan sekali di penghujung laga. Skor akhir 3-1 mengukuhkan namanya sebagai juara.

Salah satu hal yang membuat eFootball Championship 2025 ini berbeda adalah peraturan dari Konami yang melarang penggunaan pemain Big Time atau Epic Double Booster. Semua peserta hanya diperbolehkan menggunakan pemain highlight, featured, atau standar.

Bagi Huda, aturan ini justru menjadi panggung sempurna untuk menunjukkan kualitas sejati seorang pemain.

“Tanpa meta gimmick dan pemain overpower, semua kembali ke strategi, ketajaman eksekusi, dan efektivitas permainan,” jelasnya.

Menariknya, dalam laga final, Huda mencetak tiga gol dari hanya tiga tembakan ke gawang—efektivitas 100 persen. Ia juga tidak mengandalkan crossing spam atau glitch meta, melainkan serangan build-up yang matang dan responsif terhadap momentum pertandingan.

Persiapan Menuju World Championship

Priofil RRQ Huda eFootball (x.com/play_eFootball)

Lantas, bagaimana kualitas lawan-lawannya di Milan jika dibandingkan dengan scene eFootball Indonesia?

“Lawan-lawan di Milan rata-rata baru pertama kali main di turnamen offline, jadi kelihatan agak gugup dan gameplay-nya tidak keluar sepenuhnya. Menurut saya, pemain eFootball Indonesia sedikit di atas mereka,” ucap Huda dengan percaya diri.

Komentar ini membuka mata bahwa ekosistem eFootball di Indonesia, meskipun belum setenar di Eropa, justru menyimpan talenta dan level kompetitif yang tidak bisa diremehkan.

Setelah menjuarai segmen AC Milan, Huda akan melangkah ke panggung yang lebih besar: World Championship. Ia akan menjadi perwakilan resmi dari AC Milan di ajang dunia tersebut.

“Saya akan lebih mendalami karakter pemain-pemain AC Milan. Mulai dari posisi, kecepatan, sampai gaya bermainnya agar bisa disesuaikan dengan formasi yang tidak mudah dibaca lawan,” jelasnya soal persiapan.

Keseriusan Huda tampak dari bagaimana ia tidak hanya melatih mekanik permainan, tapi juga mendalami aspek taktis dan psikologis. Hal inilah yang membedakannya dari sekadar pemain jago teknis.

Bukan Fans AC Milan

RRQ Huda (instagram)

Di tengah perannya sebagai perwakilan AC Milan, Huda ternyata menyimpan loyalitas pribadi pada klub lain.

“Tim sepak bola favorit saya sebenarnya Chelsea FC, haha,” ungkapnya sambil tertawa.

Jawaban ini mengingatkan bahwa di balik semua profesionalisme, seorang pemain juga tetap seorang fans sepak bola dengan cerita dan kecintaan pribadi.

Tak hanya puas dengan satu gelar, Huda memiliki target jangka panjang baik secara individu maupun bersama RRQ.

“Pastinya target saya adalah menjuarai semua kompetisi yang saya ikuti secara maksimal,” tegasnya.

Editorial Team