Kini lebih dari 10 tahun sejak Summer Wars, Mamoru Hosoda kembali mengunjungi konsep metaverse lewat Belle. Mereka yang menonton Summer Wars juga akan mengamati kesamaan antara dunia OZ dengan U.
Namun bedanya adalah ancaman dalam dunia U bukan berasal dari program yang mengamuk. Dunia U baik-baik saja, namun layaknya di jagat internet, para penghuninya yang bisa membuat suasana di dunia itu keruh. Mungkin bisa dikatakan bahwa Belle adalah penyempurnaan Summer Wars, atau U adalah OZ versi realistis.
Dalam wawancara bersama The Verge, Hosoda menyebutkan ada perbedaan konsep metaverse-nya antara Summer Wars dan Belle. Dalam Belle, Hosoda menggunakan pendekatan yang lebih dekat dengan dunia nyata, sebagaimana internet telah jadi bagian penting dalam kehidupan manusia, yang digambarkan sebagai dunia tanpa arah “atas-bawah, kiri-kanan” yang jelas.
“(U) dipadati dengan struktur mirip pencakar langit. Nuansanya lebih padat, tidak seterbuka film saya terdahulu,” ujar Hosoda. “Ini terasa seperti pusat dunia, dan sulit menentukan dari mana ujung awal dan akhir dari dunia ini.”
Bisa jadi hal ini jugalah yang dirasakan oleh Hosoda saat menjelajah internet saat ini. Kewalahan, dan tidak seantusias dulu saat berselancar, namun ia juga pasih menaruh harapan. “(Internet) mungkin sudah kehilangan nuansa asing atau dunia terbuka yang luas, namun saya harap metaverse bisa mengisi kekosongan tersebut untuk menjadi dunia asing yang baru,” sambungnya.
Hosoda juga mengomentari perkembangan metaverse saat ini serta bagaimana dunia virtual ini bisa menjadi sebuah dunia yang benar-benar terasa global. “Saat ini internet sangat dipengaruhi oleh Google, Amazon, Facebook, dan Apple. Mereka adalah perusahaan global, namun sangat bernuansa Barat atau berbasis di Amerika Serikat. Merekalah yang mengendalikan arah internet saat ini,” terang Hosoda.
Hosoda kemudian membandingkannya dengan U, dimana perusahaan media sosial merupakan bagian dari U, bukan yang menciptakan atau mengendalikannya. Ia berharap ada inovasi seperti ini yang bisa menjadikan metaverse sebuah dunia yang benar-benar global dan tidak terasa terlalu korporat atau Amerika-sentris. Hosoda bahkan terkejut saat Facebook berganti nama menjadi Meta saat Belle akan segera premiere.
Secara keseluruhan, Hosoda optimistis dengan perkembangan metaverse yang sejalan dengan film Belle. “Masih ada yang harus kita kerjakan untuk menciptakan dunia imersif tanpa perangkat VR. Masih ada jarak, tapi masa depan akan mengarah ke sana. Mungkin akan ada beberapa isu yang mengemuka dari film yang akan muncul di dunia nyata saat transisi ini berjalan. Harapannya saat kita bergerak ke era selanjutnya dari internet, film ini (Belle) bisa menyentuh para penonton,” tutup Hosoda.
Kamu masih bisa menyaksikan Belle di berbagai bioskop di Indonesia.