Contoh Game 2D yang Gagal Total di 3D (dok. Nintendo/Pac-Man World Re-Pac)
Beberapa game berikut menjadi bukti nyata kegagalan transisi dari 2D ke 3D. Mereka mengalami berbagai masalah, mulai dari kontrol buruk, desain level yang kacau, hingga kehilangan identitas gameplay-nya:
Sonic the Hedgehog (2006): Gagal total karena glitch, kontrol kamera buruk, dan loading yang sangat lama.
Castlevania (Nintendo 64): Desain level kurang seimbang dan kontrol yang kaku membuat game ini gagal menghidupkan kembali kejayaan versi 2D-nya.
Mega Man X7: Perpaduan 2D dan 3D yang terlalu dipaksakan, dengan kontrol yang tidak nyaman dan transisi gameplay yang mematikan ciri khasnya.
Bomberman: Act Zero: Perubahan konsep yang drastis membuat game ini kehilangan daya tarik dan keseruan Bomberman klasik.
Bubsy 3D: Menjadi salah satu contoh kegagalan paling masif, dengan grafis buruk, kontrol kaku, dan desain level yang membingungkan.
Earthworm Jim 3D: Transisi ke 3D yang gagal mempertahankan humor dan ciri dari Earthworm Jim.
Contra: Legacy of War: Mengalami kegagalan karena kehilangan kecepatan dan intensitas yang menjadi kekuatan seri Contra.
Worms 3D: Kamera sulit dikendalikan dan gameplay yang kehilangan feel presisinya, sehingga seri ini kurang disukai dibandingkan versi 2D.
Double Dragon II: Wander of the Dragons: Animasi kaku dan pertarungan yang tidak responsif menjadi alasan utamanya gagal diterima.
Pac-Man World: Meskipun tidak seburuk yang lain, game ini dianggap kurang memenuhi ekspektasi penggemar klasik Pac-Man dalam hal core gameplay.
Perjalanan dari gagalnya game klasik dari format 2D ke 3D membuktikan bahwa perubahan grafis saja tidak cukup untuk mempertahankan kualitas sebuah game. Sebaliknya, jika tidak dilakukan dengan hati-hati, transisi ini justru bisa menghancurkan identitas dan gameplay yang selama ini disukai penggemar.
Beberapa faktor utama yang menyebabkan kegagalan tersebut antara lain kontrol yang buruk, desain level yang tidak intuitif, kehilangan esensi gameplay, dan keterbatasan teknologi 3D pada masanya.
Belajar dari kegagalan masa lalu, pengembang modern kini lebih berhati-hati dalam mengadaptasi game 2D ke 3D. Banyak yang memilih format 2.5D atau tetap mempertahankan elemen gameplay klasiknya agar tidak terlalu lepas dari akarnya.