Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
Game dengan judul berbeda (store.steampowered.com)
Game dengan judul berbeda (store.steampowered.com)

Intinya sih...

  • Jet Set Radio / Jet Grind Radio: Nama game Sega ini berubah di Amerika karena ingin menonjolkan elemen grinding dalam gameplay.

  • Resident Evil / Biohazard: Diubah jadi Resident Evil di Amerika karena masalah merek dan cocok dengan cerita game.

  • The Evil Within / Psycho Break: Berbeda nama di Jepang karena lebih "menjual" secara psikologis, meskipun gameplay tetap sama.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dulu, kamu pasti pernah merasa bingung kenapa ada game yang sama tapi punya nama berbeda ketika dirilis di negara lain? Ternyata fenomena game yang punya judul berbeda ini bukan hal yang langka di industri.

Ada banyak faktor di baliknya, mulai dari masalah merek dagang, isu budaya, politik, sampai strategi pemasaran agar lebih mudah diterima pemain di pasar tertentu.

Meskipun judulnya berubah, gameplay dan cerita biasanya tetap sama. Nah, justru di situlah letak menariknya, bagaimana sebuah nama bisa membawa nuansa berbeda dan bahkan memengaruhi cara orang mengingat game tersebut.

1. Jet Set Radio / Jet Grind Radio

Jet Set Radio (Dok. SEGA)

Kalau kamu pernah main game Sega tahun 2000-an, pasti kenal dengan Jet Set Radio. Tapi tahukah kamu, di Amerika game ini sempat dirilis dengan nama Jet Grind Radio? Alasannya, Sega ingin menonjolkan elemen grinding yang jadi bagian besar dari gameplay.

Namun seiring berjalannya waktu, nama Jet Set Radio kembali dipakai secara global agar konsisten dengan versi aslinya di Jepang. Premisnya sendiri cukup menarik, sekelompok remaja di kota fiksi Tokyo-to berkeliling dengan sepatu roda, bikin grafiti, dan kabur dari kejaran polisi. Gaya visual cel-shaded dan musik energiknya bikin game ini seru saat dimainkan maupun dinikmati secara visual.

2. Resident Evil / Biohazard

Resident Evil (dok. Capcom)

Berbicara soal survival horror, rasanya mustahil untuk melewatkan seri legendaris dari Capcom ini. Di Jepang, game tersebut dikenal dengan nama Biohazard, cukup jelas karena cerita utamanya memang berkaitan dengan virus mematikan. Tapi saat dibawa ke Amerika, nama itu harus diubah.

Masalahnya, ada band metal dan juga merek perangkat lunak dengan nama serupa. Jadi Capcom memilih nama baru, yaitu Resident Evil. Nama ini dianggap cocok karena game pertamanya memang berlatar di sebuah mansion besar yang dipenuhi misteri dan makhluk mengerikan.

Alhasil, lahirlah identitas baru yang justru lebih ikonik di dunia barat. Ceritanya berpusat pada tim S.T.A.R.S. yang harus bertahan hidup di tengah serangan zombie dan monster hasil eksperimen. Dengan persediaan senjata terbatas dan puzzle yang bikin otak berputar, game ini sukses meletakkan pondasi untuk genre survival horror modern.

3. The Evil Within / Psycho Break

The Evil Within (liputan6.com)

The Evil Within, garapan Tango Gameworks dan dipimpin oleh Shinji Mikami (otak di balik Resident Evil), punya nama khusus di Jepang, Psycho Break.

Kenapa beda? Di pasar Jepang, elemen psikologis dianggap lebih “menjual” dibandingkan horor berdarah-darah. Nama Psycho Break langsung memberi kesan tentang teror mental dan gangguan pikiran, meskipun gameplay-nya tetap menekankan survival horror klasik.

Kisahnya berfokus pada detektif Sebastian Castellanos yang harus berhadapan dengan makhluk mengerikan setelah menyelidiki kasus misterius di rumah sakit jiwa. Campuran action, puzzle, dan environment-nya bikin merinding.

4. Bully / Canis Canem Edit

Bully (cixju.online)

Nama Bully dari Rockstar sempat bikin heboh ketika dirilis. Banyak pihak menilai game ini “mengajarkan” kekerasan di sekolah, padahal sebenarnya ceritanya lebih ke satire kehidupan remaja di asrama. Nah, karena kontroversi itulah di beberapa negara Eropa judulnya diubah jadi Canis Canem Edit, yang berarti “Dog Eats Dog” dalam bahasa Latin.

Perubahan judul ini cukup unik. Alih-alih memadamkan kontroversi sepenuhnya, justru memberi nuansa intelektual yang bikin penasaran. Gameplay-nya sendiri tetap sama, kamu berperan sebagai Jimmy Hopkins, remaja bandel yang harus menghadapi berbagai geng di sekolah, menyelesaikan misi, dan mencoba bertahan di hiruk-pikuk kehidupan asrama.

5. Contra / Gryzor / Probotector

Contra (dok. WayForward)

Kalau bicara soal game klasik 80-an, Contra pasti ada di daftar teratas. Tapi tahukah kamu, di beberapa negara Eropa game ini justru dirilis dengan nama Gryzor dan Probotector? Alasannya cukup serius, nama Contra dianggap terlalu sensitif karena berkaitan dengan skandal politik Iran-Contra yang saat itu masih hangat dibicarakan.

Untuk versi Probotector, perubahannya bahkan lebih ekstrem. Karakter manusia diganti menjadi robot agar lebih ramah anak dan tidak terlalu menonjolkan unsur kekerasan. Meski begitu, inti gameplay tetap sama, yakni run-and-gun super cepat bersama Bill Rizer dan Lance Bean melawan organisasi jahat Red Falcon.

Bagi banyak gamer, Contra tetap dikenang sebagai salah satu game tersulit yang pernah ada. Judulnya boleh beda, tapi reputasi kesulitannya tetap menempel di memory banyak orang.

6. Star Fox / Starwing / Lylat Wars

Star Fox (starfox-online.net)

Star Fox dari Nintendo adalah salah satu pionir game 3D shooter yang meledak di era 90-an. Namun, gamer di wilayah PAL (Eropa) sempat kebingungan karena judulnya berubah menjadi Starwing dan bahkan Lylat Wars.

Alasan perubahan ini terjadi karena di Jerman sudah ada perusahaan bernama Starvox, sehingga Nintendo harus mencari alternatif nama agar terhindar dari masalah hukum. Akhirnya lahirlah dua nama berbeda, walaupun isi gamenya tetap sama.

Pemain masih berperan sebagai Fox McCloud yang memimpin tim Star Fox dalam pertempuran luar angkasa melawan pasukan Andross. Dengan pesawat Arwing yang ikonik, game ini memberi keseruan perang luar angkasa yang terasa revolusioner di zamannya. Meski nama berbeda, para penggemar tetap menganggapnya bagian dari identitas besar Star Fox.

7. Mega Man / Rockman

Mega Man (archive.org)

Capcom punya alasan unik saat menamai game legendaris ini. Di Jepang, judulnya adalah Rockman, terinspirasi dari konsep “batu-gunting-kertas” yang jadi dasar mekanisme gameplay. Namun, saat dibawa ke pasar internasional, nama itu dianggap kurang catchy.

Akhirnya dipilihlah nama Mega Man, yang terdengar lebih heroik dan mudah diingat oleh gamer di Amerika maupun Eropa pada era 1980-an. Keputusan ini terbukti tepat, karena Mega Man kini menjadi salah satu ikon game platformer klasik yang mendunia.

Dalam petualangannya, pemain mengendalikan robot ciptaan Dr. Light untuk menghentikan Dr. Wily beserta pasukan robotnya. Judul gamenya boleh saja berubah, namun statusnya sebagai game legendaris masih melekat pada gamenya.

In Article GGWP_.png


Editorial Team