EKSKLUSIF: Indonesia Bisa Bikin Game AAA? Agate Targetkan 3-5 Tahun Lagi

Dengan berkembangnya industri game Indonesia, apakah developer lokal bisa segera membuat game dengan kualitas AAA? Rupanya, jalan ke arah sana masih cukup panjang.
Pada acara gamescom asia di Suntec Convention Centre Singapura, developer game Indonesia Agate diundang sebagai salah satu panelis dalam sesi panel bersama komunitas game Asia Tenggara.
Dalam diskusi panel berjudul “Building a Thriving SEA Gaming Ecosystem Together”, Cipto Adiguno selaku Chief Strategy Officer dari Agate membagikan pengalaman Agate berkontribusi dalam industri gaming Indonesia dan Asia Tenggara.
GGWP.ID mendapatkan kesempatan eksklusif untuk mewawancarai Cipto terkait iklim komunitas developer game lokal, serta masa depan industri game Indonesia ke depannya.
Apakah Indonesia bisa menciptakan game AAA?
1. Perkembangan game Indonesia di Asia Tenggara

Menurut Cipto Adiguno, industri game Indonesia saat ini sedang berada di titik yang sudah dicapai oleh industri game negara maju pada 10 tahun yang lalu.
Namun, hal ini berhasil dicapai dalam kecepatan yang cukup cepat. Perkembangan 10 tahun yang diraih industri luar, dicapai oleh Indonesia dalam beberapa tahun saja.
Hal ini dibantu, salah satunya berkat cost of living di Indonesia yang memungkinkan developer bisa terus bereksperimen meski beberapa kali gagal.
“Di banyak negara seperti di Singapura itu susah banget mau bikin company game baru. Karena begitu gagal cost of living-nya gede banget, jadi susah untuk survive,” kata Cipto.
“Sementara kalau di Indonesia, kita bisa lebih kreatif dan hasil-hasilnya lebih inovatif karena mereka bisa nyoba 2-3 kali, dan dari situ keluarlah sesuatu yang bagus,” lanjutnya.
2. Game lokal senantiasa mendapatkan penghargaan internasional

Tak hanya dari sisi biaya pengembangan game, Cipto juga menunjukkan game Indonesia punya reputasi yang sangat baik di scene game Asia Tenggara dan juga Asia, lewat berbagai penghargaan internasional yang diraih.
Ia mencontohkan event-event seperti Level Up KL, dimana Indonesia rutin mendapatkan penghargaan berturut-turut dalam penyelenggaraannya.
“Selama 3 tahun ini, kita (Indonesia) selalu menang grand jury prize. Jadi kita di Indonesia bukan cuma jago kandang, tapi udah diakui, minimal di regional,” tambahnya.
Tak hanya itu saja, game Indonesia juga meraih penghargaan di Tokyo Game Show, salah satu event game paling prestisius di dunia.
Jadi dari sisi kualitas game, game produksi Indonesia juga tidak boleh diremehkan begitu saja.
3. Developer Indonesia masih harus mengejar kemampuan teknis

Cukup menariknya, banyak game Indonesia yang sukses di pasaran didominasi oleh game berjenis narrative, yaitu game yang mengedepankan elemen story.
“Memang betul bahwa game dari Indonesia sebagian besar itu narrative-driven karena sebagian game developer di Indonesia punya kelemahan dalam hal teknis,” ungkap Cipto.
Ia menjelaskan, developer lokal punya kreativitas yang cukup besar untuk membuat sebuah game bagus. Namun, kreativitas ini terkendala oleh kemampuan teknis seperti dari sisi programming.
“(Game berbasis) cerita nggak perlu banyak technical skill, tapi butuh background dan creativity based on culture. Dari Indonesia (ada) banyak suku-suku dan cerita yang bisa kita translate (secara) nggak terlalu norak cultural tapi bisa dimengerti orang luar juga,” lanjut Cipto.
4. Cara Agate kembangkan skill teknis developer

Cipto menurutkan, Agate juga turut mengembangkan skill para developer agar mampu menguasai skill teknis di luar narasi. Menurutnya, kemampuan teknis mampu mengangkat kualitas narasi berkali-kali lipat.
“Dengan sedikit perbedaan, kita mampu membuat (game) itu nggak cuma nyeritain, tapi nunjukkin; show don’t tell,” sambungnya.
Cipto kemudian menjelaskan bahwa Agate memiliki busines model yang unik, sebagai developer game-nya sendiri, serta menawarkan service kepada perusahaan lain.
“Jadi kita bikin game buat mobile, PC, konsol, semua pengalaman kita membuat game itu adalah latihan untuk mengembangkan technical skill dan meningkatkan (business) offering-nya,” papar Cipto.
5. Target Agate menciptakan game AAA

Di samping menawarkan jasa kepada perusahaan lain untuk mengembangkan skill, Agate juga bekerja sama dengan expert yang punya pengalaman di berbagai proyek game AAA.
Menurut Cipto, para expert tersebut berkata bahwa developer Indonesia punya skill yang tidak ketinggalan dengan developer AAA. Jadi baginya, sekarang Agate harus mencari cara untuk mendapatkan budget yang memadai untuk menciptakan game tersebut.
“(Game AAA) itu bukan cuma masalah talent, tapi juga skala proyek, budget yang diperlukan, dan waktunya. Jadi kita harap akselerasi pertumbuhan Agate ke depannya bisa mencapai hal itu,” ungkap Cipto.
Sebagai penutup, Cipto berharap Agate bisa mewujudkan game AAA mereka dalam waktu 3-5 tahun ke depan.
Jika kamu suka memainkan game Indonesia, apakah menurut kamu dalam 5 tahun mendatang Indonesia bisa menciptakan game AAA sendiri?
Untuk lebih banyak informasi seputar esports dan video game, jangan lupa untuk follow akun Instagram GGWP di @ggwp_esports!