Dari perspektif Zelnick, ia memandang AI sebagai alat transformasi, bukan untuk menggantikan manusia. Meskipun teknologi AI ini bakal mengubah cara kerja di berbagai macam industri, namun dia yakin bahwa pekerjaan manusia tidak akan tergantikan sepenuhnya.
Sebaliknya, perannya akan berubah, karena teknologi tersebut nantinya dapat membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Sembari menyoroti sejarah, Zelnick menunjukkan bahwa alat-alat produktivitas baru selalu membawa pertumbuhan lapangan kerja dan perusahaan di seluruh penjuru dunia. Ini menggarisbawahi pandangannya bahwa AI bukanlah ancaman, melainkan suatu peluang.
Sebagai alat untuk meningkatkan kinerja dan memecahkan masalah yang rumit, AI memiliki potensi untuk membawa impact positif di berbagai sektor.
Pernyataan Strauss Zelnick membawa kita pada kesimpulan yang menarik. Jauh dari ancaman yang ditakuti oleh banyak orang, teknologi AI ini menjanjikan masa depan dimana manusia dan mesin dapat berkolaborasi untuk mencapai hasil yang lebih baik. Dengan memahami peran AI sebagai mitra, bukannya pengganti, kita dapat melihat masa depan yang penuh harapan dengan evolusi teknologi tersebut.
Akan tetapi, kami sendiri merasa ada satu hal yang cukup krusial jika sinergi antara AI + manusia ini tidak berjalan secara seimbang. Dimana dalam jangka panjang, terlepas dari meningkatnya faktor efisiensi, manusia pasti akan lebih bergantung pada AI dan bisa saja malah membuat manusia jadi semakin malas. Menurut kamu?