Pengembang Gollum Pakai ChatGPT Untuk Permohonan Maaf di Media Sosial?

Kabar baru yang kurang baik kembali muncul tentang pengembang video game Gollum, yang dituduh pakai ChatGPT untuk membuat permohonan maaf.
Seperti yang kita ketahui, Gollum sendiri rilis dalam kondisi yang kurang baik dan menuai banyak kontroversi saat perilisannya.
Bahkan, Lord of the Rings: Gollum menjadi salah satu game di 2023 yang punya rating paling rendah.
Apa sih yang sebenarnya terjadi dengan game satu ini? Kenapa kondisi pengembangannya bisa sekacau sekarang?
Ada Rumor Kalau Pengembang Game Gollum Pakai ChatGPT Untuk Menulis Permintaan Maaf!

Pada 7 Oktober 2023 lalu, sebuah kanal YouTube bernama Game Two melakukan sebuah laporan terkait kegagalan game Lord of the Rings: Gollum.
Lewat video tersebut, dijelaskan juga tentang studio Daedelic Entertainment yang sebelumnya sempat menjadi raja pengembang di Jerman.
Tentu saja fakta tersebut membuat orang-orang bingung, karena game Gollum sendiri saat ini mendapatkan rating 34 di Metacritic.
Tapi, di video tersebut juga muncul sebuah rumor kalau ternyata, permintaan maaf yang dibuat oleh penerbit game mereka dibuat tanpa sepengetahuan pengembangnya.
Permintaan maaf yang tidak diketahui?

Salah satu hal yang paling mengejutkan dari seluruh kontroversi ini adalah rumor tentang bagaimana permintaan maaf dibuat menggunakan ChatGPT.
Menurut anggota Daedalic, mereka bahkan tidak mengetahui kalau permintaan maaf tersebut ditulis maupun isi publikasinya.
Salah satu bukti paling jelas dari penggunaan ChatGPT menurut para netizen adalah penulisan judul Lord of the Ring yang tidak menggunakan s di belakangnya.
Penggunaan ChatGPT ini juga yang oleh netizen dianggap jadi alasan kenapa permintaan maafnya terasa tidak tulus.
Ada permasalahan di biaya juga

Biasanya, proses pengembangan game AAA butuh biaya sekitar 50 hingga 300 juta dollar atau sekitar 780 miliar hingga 4 triliun rupiah.
Meski begitu, ternyata budget yang disiapkan untuk Lord of the Rings: Gollum ternyata hanya sekitar 15 juta Euro atau sekitar 250 miliar rupiah saja.
Belum lagi, masalah waktu juga jadi masalah yang cukup besar bagi mereka, di mana mereka harus merilis game di waktu yang sudah ditentukan.
Banyaknya masalah yang ada di dalam perilisan game ini membuat banyak orang percaya kalau masalahnya sebenarnya ada di Nacon sebagai penerbit gamenya.
Kalian dapat melihat video yang dimaksud pada tautan di bawah. Videonya berbahasa Jerman, tapi memiliki takarir bahasa Indonesia.
Untuk lebih banyak informasi seputar esports dan video game, jangan lupa untuk follow akun Instagram GGWP.ID di @ggwp_esports!