Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Review Girls' Frontline 2: Exilium — Gameplay Radikal, Tapi Tetap Fun

Review Girls’ Frontline 2: Exilium dari GGWP akhirnya rilis. Setelah menunggu bertahun-tahun, sekuel dari Girls’ Frontline kini bisa dimainkan.

GFL2 mempertahankan filosofi game pertamanya dengan menyajikan gameplay strategi dalam ruang lingkup yang lebih besar dan epik.

Di tengah tren game gacha yang mengarah ke genre open world action adventure, bisakah GFL2 menarik perhatian dengan gameplay dan lore-nya? Simak dalam review berikut ini.

Review Girls’ Frontline 2: Exilium

1. Kisah GFL berlanjut…

Dok. GGWP

Girls’ Frontline 2: Exilium mengambil setting 12 tahun sejak GFL pertama, tepatnya di Eropa Timur tahun 2074. Kondisi dunia di GFL2 telah berubah sejak game pertamanya.

Union of Rossartrist Nations Coalition (URNC) bangkit dan mengasimilasi Neo-Soviet Union. Mereka juga mengerdilkan kapasitas PMC seperti Griffin & Kryuger.

Komandan dari GFL pertama telah mengundurkan diri dari G&K setelah berselisih pendapat dengan Griffin Lyons alias Earl, pendiri G&K dan simpatisan Rossartrisme.

Kini, ia memimpin sebuah pasukan bayaran yang berkelana di dalam area kontaminasi ELID yang berbahaya, mengendarai MCV raksasa bernama Elmo.

Ditemani ajudan dan mekanik Meiling, serta T-Doll Groza, Nemesis, dan Krolik, sang komandan mengambil pekerjaan serabutan dari berbagai pihak.

Namun, sebuah misi dengan bayaran yang sangat tinggi menarik komandan ke dalam pusaran konspirasi yang berhubungan dengan sebuah kotak misterius.

Komandan yang menjauh dari hingar-bingar konflik, kembali terjun ke dalamnya; bertemu dengan banyak kawan dan lawan baru serta lama dalam perjalanannya.

2. Dari Kancolle, ke XCOM

Dok. GGWP

GFL pertama memiliki gameplay mirip Kantai Collection, dimana gamer memerintahkan unit untuk menyerang dan bertahan di satu titik lokasi dalam sebuah map besar.

Di Girls’ Frontline 2: Exilium, gameplay-nya beralih menjadi turn-based strategy ala XCOM. Gamer menggerakkan unit secara individu di sebuah map kecil untuk menyelesaikan misi.

Gamer bisa memerintahkan unit T-Doll untuk bergerak ke cover, menyerang musuh, menggunakan skill personal, atau berinteraksi dengan objek di dalam map.

T-Doll bisa dikustomisasi dengan senjata dengan tambahan attachment, yang bisa memberikan skill khusus. Kustomisasi kosmetik terdiri dari kostum serta skin senjata.

T-Doll juga bisa di-upgrade untuk meningkatkan stat dasar, skill, hingga pasif mereka, agar semakin kuat menghadapi musuh.

Di luar misi utama, beberapa mode lain bisa dicoba seperti Supply Mission untuk mengumbulkan item, serta Combat Simulation untuk mencoba berbagai tantangan.

3. Yang kami sangat suka

Dok. GGWP

Girls’ Frontline 2: Exilium memiliki gameplay yang radikal dibanding GFL original. Meski demikian, pengalaman dari GFL1 membuat pengalaman bermain GFL2 makin oke.

Gameplay turn-based strategy yang disajikan cukup intuitif dan tidak membuat frustrasi, dimana ini jadi aspek yang membuat game seperti XCOM sulit dimainkan.

Dengan mengeliminasi hit rate contohnya, serangan unit bisa dipastikan akan selalu kena 100%, namun damage-nya tetap dipengaruhi oleh banyak faktor.

Selain itu, hal yang membedakan XCOM dengan GFL2 adalah durasi setiap misi yang relatif singkat. Sistem Auto juga bisa diterapkan jika ingin farming.

Fitur cross-save tersedia untuk PC dan mobile. Game ini juga ringan untuk dijalankan, khususnya di mobile yang bisa dimainkan di chipset low ke mid-end.

4. Yang kami kurang suka

Dok. GGWP

Dengan segala kelebihannya, Girls’ Frontline 2: Exilium sayangnya memiliki gameplay design yang kurang sinergi dengan format game gacha-nya.

Hal ini juga jadi salah satu kelemahan GFL original, dimana misi late game butuh waktu lama untuk diselesaikan. Event pun harus menyisihkan 1-2 hari penuh untuk diselesaikan.

Lalu dari sisi gacha, GFL2 memiliki sistem ala Genshin Impact dimana pool karakter dan senjata disatukan. Drop rate rendah juga tidak menolong aspek ini.

Meskipun secara umum GFL2 bisa dimainkan tanpa mengenal GFL pertama, beberapa aspek cerita yang dibawa ke game kedua tidak dijelaskan lebih rinci.

Memang ada usaha untuk mengenalkan beberapa aspek ini, namun untuk mengetahui gambaran penuhnya kamu harus memainkan GFL1 atau bahkan Reverse Collapse.

5. Kesimpulan review Girls’ Frontline 2: Exilium

Dok. GGWP

Girls’ Frontline 2: Exilium merupakan game strategi yang cukup solid, dan bisa dimainkan oleh gamer yang masih sangat awam dengan genre game ini.

Kemudahan gameplay yang disajikan di early game mengajak gamer untuk bertransisi ke tingkat kesulitan yang lebih tinggi dan menantang.

Meski demikian, ada beberapa aspek yang rasanya hanya bisa dinikmati oleh fans hardcore GFL, entah dari sisi gameplay ataupun dari sisi cerita.

Terlepas itu, GFL2 menawarkan gameplay yang unik jika dibandingkan dengan game lain di lasnkap game gacha saat ini.

Girls’ Frontline 2: Exilium sudah bisa dimainkan di platform iOS, Android, dan PC.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mecca Medina
EditorMecca Medina
Follow Us