Review Troublemaker: Game Brawler Anak STM Dengan Eksekusi Kasar

Setelah dinantikan lama, game Troublemaker akhirnya rilis. Seperti apa review kami untuk game Troublemaker? Simak selengkapnya di bawah ini.
Game yang sebelumnya diberi nama Parakacuk ini merupakan buah karya Gamecom Team. Dengan selling point sebagai game Bully ala Indonesia ini, Troublemaker dengan cepat menarik perhatian gamer dan streamer lokal yang ingin memainkannya.
Namun bisakah Troublemaker menjawab hype yang mereka buat sendiri? Apakah game ini kembali terjebak dalam sindrom game 3D Indonesia yang sudah-sudah? Simak selengkapnya dalam review Troublemaker berikut ini.
Keluar mulut harimau, masuk mulut buaya

Setelah lagi-lagi terlibat dengan pihak berwajib karena ketahuan berantem, Budi dan keluarganya pindah ke kota Jayakarta. Budi pun pindah dari SMK 69 Jancuk ke SMK Cipta Wiyata, dengan harapan ia bisa jauh dari lingkungan buruk.
Namun baru masuk sekolah barunya saja, Budi merasakan kalau sekolah ini tidak berbeda dengan sekolah lamanya. Setelah berkenalan dengan Boby, Rani, dan Zaenal, Budi mengetahui tradisi turnamen berantem Raise Your Gang untuk memperebutkan dana BOS yang bisa mensejahterakan kelas mereka.
Melihat kondisi sekolah yang dipenuhi banyak geng serta perlakuan semena-mena yang dilakukan Ricco dan anggota OSIS lain, Budi memutuskan untuk mengikuti turnamen Raise Your Gang dan mengakhiri tradisi yang telah mengakar lama di SMK Cipta Wiyata.
Troublemaker: Game berandalan bikinan anak-anak baik?

Saat Troublemaker pertama kali dikenalkan, khalayak gamer Indonesia merasa takjub sealigus khawatir dengan tone cerita yang ditunjukkan. Penggunaan kata kasar yang cukup excessive kerap mengundang rasa prihatin jikalau saat rilis game ini bakal menjadi contoh buruk bagi anak-anak di bawah umur yang memainkannya.
Tapi pada akhirnya, Troublemaker memperlihatkan sebuah cerita tentang berandalan SMK yang ditulis oleh orang yang tidak tahu bagaimana berandalan SMK bertingkah. Pemilihan kata dan diksi untuk karaternya terasa kurang umum, dan kadang bisa terasa agak baku. Umpatan para karakter seringkali diucapkan bukan pada momen yang tepat.
Selain itu, dialog dan kepenulisan secara keseluruhan terlalu mengandalkan meme dan konten meta untuk menciptakan elemen humornya. Hal ini bisa membuat momen intens sebelum battle melawan bos sulit dicerna dengan serius.
Combat oke tapi perlu polesan

Troublemaker mengusung gameplay action brawler dimana kamu bergerak mengikuti target lawan. Kamu bisa menciptakan kombo dengan menggunakan serangan ringan dan kuat. Untuk menghindar kamu diberikan pilihan untuk blocking, evade, hingga counter. Kamu juga bisa mengkonsumsi item untuk memulihkan HP dan memberi buff, atau menggunakan serangan gokil.
Gameplay secara keseluruhan sudah cukup oke, apalagi dengan penambahan bar energi yang menambah elemen taktis dalam gameplay. Memainkan jarak sebagai cara untuk memanajemen energi, lalu maju setelah merupakan taktik yang oke. Pergantian gerakan gokil on the fly menambah fleksibilitas meskipun kadang mengganggu ritme pertempuran.
Di saat bersamaan, Troublemaker juga kurang mendapatkan fine-tune yang bisa membuat gameplay-nya lebih solid. Feedback dari input gerakan, entah dari suara maupun vibration dari controller terasa kurang sehingga serangan dan pertahanan kurang punchy. Selain itu, sistem counter sering kali tidak konsisten karena beberapa kali inputan counter tidak tereksekusi, baik saat melakukan block ataupun tidak.
Perlu open world atau nggak?

Dalam beberapa momen, kamu akan mendapatkan kesempatan untuk menjelajah open world di dalam SMK Cipta Wiyata. Dalam open world ini, kamu bisa mengitari sekolah untuk mendengarkan cerita dari NPC, membeli item, atau mencari uang tambahan dari minigame dan melawan gerombolan OSIS.
Meskipun namanya open world, ternyata ada beberapa batasan yang membuat area sekolah tersekat-sekat. Kemunculan tembok invisible membuatmu tidak bisa menjelajah area tertentu, misalnya kelas orang lain. Padahal area tersebut ter-render penuh dan tidak ada alasan yang menghalangimu untuk masuk ke sana.
Hal ini cukup disayangkan karena open world ini seharusnya bisa diimplementasikan dengan cara yang membuat segmen ini jadi bagian integral dalam gameplay. Namun yang didapat, open world justru terasa jadi bagian dari rangkaian stage yang linear.
Kesimpulan review Troublemaker

Troublemaker punya konsep yang oke dan gameplay basic yang solid. Namun, ide-ide itu dieksekusi dengan kasar sehingga menghasilkan pengalaman bermain yang setengah matang.
Konsep game brawler bertema anak sekolahan yang cukup segar ini cukup dikecewakan dengan gameplay yang kurang polished, mekanika yang kurang dimaksimalkan, hingga elemen storytelling yang lemah.
Namun jangan salah, pada akhirnya Troublemaker masih cukup menyenangkan untuk dimainkan, entah itu dari sisi gameplay maupun meme di dalam ceritanya. Hanya cukup disayangkan bahwa ambisi Gamecom Team dalam produksi game ini tidak mampu diimbangi oleh hasil akhirnya.
Troublemaker bisa dibeli di Steam, dan akan segera hadir di Xbox.
Untuk lebih banyak informasi seputar esports dan video game, jangan lupa untuk follow akun Instagram GGWP.ID di @ggwp_esports!
Rating: 7/10