Sony Akan Meningkatkan Jumlah Produksi PS5 Menjadi 10 Juta Unit

Sony meningkatkan produksi setidaknya 50 persen lebih banyak konsol PS5 dari yang direncanakan untuk dikirimkan tahun ini, menurut laporan pers Jepang.
Sebelumnya Sony mengharapkan untuk produksi sekitar enam juta PS5 pada tahun 2020. Nikkei mengatakan bahwa angka tersebut sekarang sekitar sembilan juta, sementara Bloomberg mengatakan itu bisa mencapai 10 juta.
Kedua publikasi menempatkan ekspektasi naik ke meningkatnya permintaan untuk hiburan di rumah saat wabah virus corona. Jika Sony dapat menjual hampir semua jumlah konsol PS5 hingga akhir tahun, itu akan menandai peningkatan besar pada pendahulunya.
Sebagai catatan, PS4 diluncurkan pada November 2013 dan telah terjual hingga 4,2 juta unit pada akhir bulan berikutnya.
Langkah ini merupakan pertanda bagus untuk para calon pembelinya. Jika jumlah produksi game tidak melebihi permintaan, otomatis barang akan semakin langka.

Hal itu juga yang akan memicu toko untung menahan barangnya agar harganya naik. Hal ini sudah terjadi sebelumnya di Nintendo Switch.
Permintaan Nintendo Switch begitu tinggi pada saat wabah virus ini dimulai. Orang-orang terpaksa diam dirumah dan menghabiskan waktu mereka dengan cara apapun.
Pada saat orang mulai membeli Nintendo Switch, terutama pada saat munculnya Animal Crossing, Nintendo tidak mampu memenuhi permintaan. Hal ini menyebabkan melonjaknya harga Nintendo Switch beserta gamenya.
Rekor yang pernah dicapai Nintendo Switch ini mencapai Rp 10 juta rupiah per konsolnya. Dengan harga 1 gamenya mencapai hampir Rp 1,5 juta.
Tentu saja Sony ingin menghindari ini dengan menyeimbangkan permintaan dan harga.
Tidak Hanya Sony
Facebook juga meningkatkan produksi headset Oculus VR, menurut Nikkei. Dengan tujuan yang sama untuk mendorong pertumbuhan hingga 2 juta unit pada paruh kedua tahun 2020.
Perusahaan tersebut dikatakan memulai produksi massal untuk headset baru bulan ini, meskipun Nikkei tidak mengatakan apakah itu sistem mandiri seperti Quest atau headset yang dihubungkan seperti Rift S.
Perangkat keras gaming seringkali sulit dibeli saat pandemi. Oculus telah mengalami kendala persediaan yang parah, dengan headset Quest-nya sering terjual habis begitu persediaan habis.
Nintendo, sementara itu, telah mengalami kesulitan memenuhi permintaan untuk Switch dan game kebugaran rumahannya, Ring Fit Adventure.
Dengan beberapa peluncuran besar yang terjadi di paruh kedua tahun ini, tidak mengherankan jika pemilik platform ingin memastikan ada cukup stok untuk digunakan.
Sumber: Bloomberg