Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Ubisoft Merespon Kasus Brandoville Studios

Selama beberapa bulan terakhir, nama Brandoville Studios mencuat ke permukaan, bukan karena pencapaian kreatifnya, tetapi karena laporan pelecehan yang terjadi di lingkungan kerja studio tersebut.

Studio yang beroperasi di Indonesia ini diketahui menjadi salah satu pendukung proyek besar Ubisoft, seperti Assassin’s Creed Shadows dan Age of Empires 4. Namun, pada Agustus 2024, studio ini resmi ditutup setelah munculnya kasus tersebut.

Laporan Pelecehan Mengejutkan Publik

Isu ini kembali meluas ke mancanegara setelah diunggahnya laporan investigasi dari People Make Games, yang mengungkap berbagai bentuk pelecehan fisik dan mental di Brandoville Studios. Kwan Cherry Lai, komisaris sekaligus figur operasional studio, menjadi sorotan utama.

Tuduhan terhadapnya mencakup memaksakan jadwal kerja yang tidak manusiawi, hingga praktik “hukuman” yang merendahkan martabat karyawan.

Sebagai contoh, beberapa karyawan dilaporkan dipaksa menulis kalimat seperti “anak sekolahan” sebagai hukumannya atau bahkan membuat video menampar diri sendiri hingga 100 kali. Tidak hanya itu, ada kasus di mana kontrol atas keuangan karyawan dijadikan tools manipulasi oleh Cherry. Yang paling memilukan adalah adanya laporan bahwa karyawan hamil dipaksa bekerja terlalu keras, yang akhirnya menyebabkan meninggalnya sang bayi setelah melewati perjuangan panjang di ruang perawatan intensif.

Ubisoft Angkat Bicara

Dilansir laman Eurogamer, Ubisoft, sebagai mitra proyek, tidak tinggal diam atas laporan tersebut. Pada pernyataannya, Ubisoft menyampaikan keprihatinan mendalam dan mengutuk segala bentuk pelecehan di tempat kerja.

Meskipun Brandoville Studios merupakan mitra eksternal dan tidak sepenuhnya berada di bawah kendali Ubisoft, tanggung jawab moral tetap menjadi hal yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Penutupan Brandoville Studios menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana industri kreatif dapat mencegah kejadian serupa kembali terjadi di masa depan.

Tidak sedikit pihak yang mempertanyakan sejauh mana perusahaan besar seperti Ubisoft melakukan pengawasan terhadap mitra eksternal mereka. Apakah ada mekanisme untuk memastikan kondisi kerja yang layak atau tidak?

Kasus ini menjadi pengingat keras bahwa industri kreatif, termasuk game, tidak kebal terhadap isu eksploitasi tenaga kerja. Yang pasti, kita semua memiliki peran penting guna mendorong perubahan, baik sebagai konsumen, kreator, maupun perusahaan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mecca Medina
EditorMecca Medina
Follow Us