Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

A Space for the Unbound, dan Bagaimana Membuat Game Indonesia yang Disukai di Luar Negeri

Seminggu sejak perilisannya, A Space for the Unbound mengundang banyak reaksi positif dari dalam dan luar negeri. Dalam wawancara kali ini, kamu bisa melihat bagaimana A Space for the Unbound bisa meraih kesuksesan di dua front berbeda.

Strategi menciptakan game Indonesia kerap kali dibagi menjadi dua: berusaha untuk appeal kepada pasar lokal, atau fokus all-in ke luar negeri. Tidak ada yang salah dengan keduanya, dua strategi ini valid karena selera pasar yang berbeda.

Namun berbeda dengan A Space for the Unbound dengan nuansa Indonesia 90-an yang disukai gamer lokal, yang membungkus cerita emosional favorit gamer luar negeri. Apa rahasia di balik kesuksesan game ini?

GGWP.ID berkesempatan untuk wawancara dengan Dimas Novan Delfiano, pengarah seni A Space for the Unbound tentang pengembangannya, estetika khasnya, referensinya, hingga respon gamer terhadap game ini.

Wawancara A Space for the Unbound

A Space for the Unbound dimulai dari proyek game jam

Proyek game jame Mojiken jadi akar lahirnya A Space for the Unbound.

A Space for the Unbound berawal dari sebuah game jam internal di Mojiken pada tahun 2015. Versi game jam ini kemudian dikembangkan menjadi game betulan dengan beberapa perubahan konsep dari sisi gameplay dan narasi. Dimas dan timnya banyak belajar teori storywriting dan game design untuk mencari soul sebenarnya dari game ini.

“Karena saya artist dan masih pemula, struggle terbesar itu membuat game versi game jam menjadi full game. Saya juga nggak full time ngerjain game ini karena bantu proyek game lain,” kenang Dimas.

Ia menambahkan, game ini banyak terinspirasi dari kenangannya semasa kecil di tahun 90-an, hingga film Makoto Shinkai seperti 5 Centimeters per Seconds yang mengangkat cerita menarik dengan setting lokasi lokal.

“Saya ingin memberi tribute ke masa saat kita berkembang. Setting tahun 90-an kita ambil karena bisa memberi impact lebih besar. Kami juga ingin mengabadikan era pra-internet dimana joke beredar lewat lingkungan pertemanan offline,” tambahnya.

Menggunakan referensi 90-an sebagai bagian dari gameplay dan world-building

Berbagai referensi 90-an di dalam game.

Bicara soal joke dan referensi, A Space for the Unbound menyelipkan beberapa humor dan referensi khas tahun 90-an. Siapa yang tak ingat dengan sinetron Tersayang, atau permen karet Yosan? Semua itu diplesetkan dan dijadikan elemen yang membuat dunia game ini semakin menarik untuk didalami.

Dimas sendiri mengaku suka dengan gameplay koleksi tutup botol, karena ia sendiri dulu merupakan kolektor tutup botol. Ia mengaku bahwa awalnya dia dan tim khawatir jika lelucon Indonesia ini sulit diterima gamer luar.

“Kami selalu berusaha untuk nggak menghalangi experience pemain. Referensi-referensi itu ditaruh di latar dan nggak jadi bagian dari problem-solving. Tapi di dalam dialog ada potongan lore untuk menjelaskan referensi itu,” kata Dimas menjelaskan.

Fahmitsu dan A Space for the Unbound

Tribute terhadap Fahmitsu di A Space for the Unbound.

Selain itu, ada pula referensi atau easter egg dari game-game Toge dan Mojiken lain seperti She and the Light Bearer serta When The Past Was Around. Namun referensi paling menarik adalah kemunculan sosok game developer legendaris Fahmitsu di salah satu lokasi di dalam game.

“Kalau kita bicara soal mas Fahmi, Toge dan Mojiken punya sejarah panjang. Kami jadi pengawal karirnya dan kami juga berhutang banyak padanya sejak dia masih menjadi jurnalis,” kata Dimas.

Fahmitsu yang juga merupakan seorang jurnalis ini mengenalkan A Space for the Unbound dalam salah satu artikelnya. Sejak saat itu, hubungan kerja antaranya dengan tim Toge/Mojiken semakin erat. Bahkan Fahmitsu juga memiliki peran penting dalam mengarahkan A Space for the Unbound ke dalam bentuknya yang sekarang ini.

“Saat beliau pamit, kami rapat dan ada ide untuk memasukkan mas Fahmi ke A Space for the Unbound sebagai bentuk respect, karena tanpa beliau game dan studio kita masih tetap bakal underground,” ungkapnya.

Reaksi review, dan update konten masa depan

A Space for the Unbound meraih berbagai penghargaan dan review mentereng dari dalam dan luar negeri.

Saat ini, A Space for the Unbound mendapatkan review yang umumnya sangat positif. Di Metacritic, game ini mendapatkan skor agregat 88 dari 12 media yang me-review-nya. Kemudian di Steam, game ini juga mendapatkan nilai sempurna – Overwhelmingly Positive atau 98% rating positif dari 1190 gamer yang memberikan review.

“Lega akhirnya bisa diterima, saya cukup anxious tapi sejak first reveal animonya oke. Melihat review-review cukup surprise, walaupun latar belakangnya Indonesia tapi cerita yang kita sajikan cukup global dan banyak yang bisa relate,” ujar Dimas.

Ia juga mengaku senang dengan respon game-nya yang positif di Indonesia. “Di Indonesia responnya luar biasa banget. Sebuah kehormatan buat saya dan tim karena bisa bikin orang Indonesia hype,” lanjutnya.

Ke depannya, A Space for the Unbound akan merilis beberapa update untuk meningkatkan quality of life. “Sekarang kita lagi menyiapkan update beberapa bahasa Eropa. Untuk sekuel atau DLC masih belum ada rencana karena kami baru saja selesai merampungkan game-nya,” pungkas Dimas.

A Space for the Unbound tersedia di PC, PlayStation, Xbox, dan Nintendo Switch.

Untuk lebih banyak informasi seputar esports dan video game, jangan lupa untuk follow akun Instagram GGWP.ID di @ggwp_media!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mecca Medina
EditorMecca Medina
Follow Us