Almarhum Fahmitsu meletakkan batu pondasi untuk seri Coffee Talk. (Steam)
Saat menggarap Episode 2, apakah ada semacam kesulitan dalam meneruskan apa yang sudah diselesaikan oleh Fahmitsu di game Coffee Talk sebelumnya?
Junki: Ya, lebih ke ekspektasi yang sangat besar karena Coffee Talk sangat banyak fansnya. Banyak yang menganggap game-nya cozy dan healing game.
Seperti kata Dio, sekuel itu susah untuk memuaskan gamer. Gampang gagal lah. Apalagi game yang healing seperti ini.
Waktu itu juga nggak ada story bible (informasi tentang dunia dan karakter di dalam sebuah cerita). Jadi aku harus mainin game-nya 15 kali untuk dapet vibe dan karakter yang konsisten.
Aku juga sempat mau konsul ke mendiang Fahmi, tapi ya waktu itu sudah nggak keburu.
Ini adalah kali kedua Coffee Talk rilis di platform Xbox Game Pass. Apa sih yang membuat kalian tertarik untuk bekerja sama dengan Xbox?
Dio: Dari gua sendiri sebenarnya gua bukan orang yang tepat untuk menjawab ini. Tapi berdasarkan diskusi di dalam tim, kami senang banget karena bisa masuk Xbox Game Pass.
Dari gua pribadi, melihat Xbox Game Pass itu isinya game AAA. Jadi kebanggaan tersendiri ada game indie Indonesia yang bisa masuk ke Xbox Game Pass.
Itu juga sangat meng-amplify dan membantu dari segi publikasi, terutama kepada gamer Xbox, sehingga memperkenalkan game kami ke pasar yang baru.
Lewat Coffee Talk Episode 2, apa pesan atau harapan yang ingin kalian sampaikan kepada para gamer, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia?
Junki: Ini pertanyaan yang paling sulit buat aku, hahaha. Mungkin simpelnya, tolong mainin semuanya sampai selesai.
Game ini jadi semacam surat dari kami untuk mendiang Fahmi. Kalau bisa, dimainkan aja dan semoga sudut yang cozy dan nyaman ini bisa memberikan healing bagi para gamer seperti game yang pertama.
Bagi yang sudah ngikut dari Coffee Talk Episode 1, semoga bisa enjoy main game-nya sampai tamat dan semoga game ini bisa memberikan rasa nyaman untuk yang memainkannya.
Dio: Mengingat konsep awalnya bareng Fahmi, dia pengen bikin game dimana lu duduk di ruangan sambil dengerin musik lo-fi, minum green tea latte anget sambil nontonin hujan di luar.
Ini game yang sangat chill, relaxing, dimana lu dengerin cerita customer. Pokoknya game ini membawa chill, relaxing vibe.
Ternyata setelah Coffee Talk Episode 1 keluar, orang-orang banyak yang menganggap game ini bisa mengurangi stres dan anxiety mereka.
Kalau main Coffee Talk mereka bisa mengobati kerinduan duduk-duduk di kafe karena game ini rilis sebelum pandemi.
Harapan kami sebenarnya untuk Episode 2 ini, semoga bisa membawa hal yang sama dengan yang pernah kami bawakan di Coffee Talk Episode 1: menjadi chill game yang healing dan bisa memberikan rasa rileks dan nyaman.
Coffee Talk Episode 2: Hibiscus & Butterfly bisa kamu dapatkan di PC, PlayStation, Xbox (sudah termasuk dalam Xbox Game Pass), dan Nintendo Switch.
Terima kasih kepada Xbox dan Toge Productions yang telah membantu mewujudkan wawancara Coffee Talk Episode 2 ini.
Untuk lebih banyak informasi seputar esports dan video game, jangan lupa untuk follow akun Instagram GGWP.ID di @ggwp_esports!