Eksklusif kepada GGWP, Gilang mengatakan kalau nama 'Khuga' yang ada di judul gamenya itu ternyata diambil dari plesetan 'Khucing Garong'. Game ini menghadirkan lima kucing petarung yang ikonik, sekaligus membangun sebuah IP yang bisa menyatu dalam pop culture universe.
"(Maka dari itu), game dan IP kami ini bukan hanya soal pertarungan, tetapi juga tentang perjalanan dan kebersamaan," ungkapnya.
Gilang juga menjelaskan bahwa kehadiran game ini bukan hanya dari hasil kerja tim internal, namun juga dari karya kolektif komunitas dunia. Ia bahkan mengisahkan cerita yang menyentuh mengenai salah satu anggota komunitasnya.
Ya, Gilang menceritakan bahwa anggota komunitasnya yang bernama Mes itu memang sering ikut serta dalam mengembangkan game Khuga Bash!. Namun, ia tiba-tiba menghilang dan tidak melakukan aktivitas online, hingga baru diketahui bahwa dirinya sudah wafat.
"Kami memulai IP ini dari NFT Project di 2022. Dari situ, kami berhasil menggalang dana dan membangun komunitas global yang aktif hingga hari ini. Komunitas ini tak hanya mendukung, tapi juga ikut berkontribusi dalam pengembangan cerita dan game kami."
"Salah satu kisah yang paling berkesan terjadi saat kami pertama kali membawa game ini ke publik di Gamescom Asia 2023 di Singapura. Beberapa anggota komunitas kami yang tinggal di sana turut membantu kami memamerkan game. Salah satu dari mereka, bernama Mes, warga Singapura yang sangat aktif di Discord dan X, selalu menemani kami mengembangkan game ini hampir setiap malam."
"Namun, pada Desember 2024, beliau tiba-tiba menghilang dari aktivitas online. Kami baru tahu dari kerabatnya bahwa beliau wafat pada November. Kabar ini sangat menggetarkan hati kami. Sebagai bentuk penghormatan, kami mengabadikan Mes menjadi salah satu karakter penting di Khuga Bash!. Bagi kami, inilah bukti nyata bahwa game ini bukan hanya hasil kerja tim internal, tapi karya kolektif komunitas," ceritanya.
Meski begitu, ia mengaku kalau ada rasa kebahagiaan tersendiri saat melihat karyanya bisa dinikmati oleh orang lain di berbagai dunia.
"Rasanya akan selalu spesial. Meskipun ini bukan kali pertama game kami dimainkan oleh publik global, tetap saja ada kebahagiaan tersendiri saat melihat orang lain menikmati karya kami," tuturnya.
Selain itu, Khuga Bash! juga mengangkat budaya lokal meski tidak dominan di IP mereka. Hal ini dikarenakan pihaknya ingin IP miliknya tersebut lebih bersifat universal dan dapat diterima di berbagai kultur.
"Ada elemen-elemen khas Indonesia yang kami sisipkan, seperti satu level bertema Bali, skin karakter terinspirasi dari Gatotkaca, hingga topi berbentuk kardus mi instan yang familiar bagi masyarakat Indonesia. Kami juga menyesuaikan elemen-elemen game agar relevan dengan komunitas kami di Jepang, Korea, Amerika Serikat, dan negara lainnya," tuturnya.
Kini, Khuga Bash! pun terpilih sebagai salah satu game yang akan mewakili Indonesia di TGS 2025 mendatang.