Tidak ada kata lain selain revolusioner untuk menggambarkan franchise Doom. Setelah Wolfenstein 3D memperkenalkan dasar FPS, id Software kembali membuat gebrakan besar yang mengguncang industri.
Game ini punya dunia yang dark, musik metal intens, dan gerombolan iblis dari neraka yang menunggu di setiap sudutnya. Semua itu disajikan dalam kecepatan super tinggi yang memacu adrenalin. Inilah titik di mana FPS berubah dari yang cuma eksperimen 3D menjadi sebuah game yang dipenuhi unsur action.
Namun hal paling mengguncang datang dari satu fitur sederhana bernama deathmatch multiplayer via LAN. Sebelum keberadaan internet cepat dan server online, Doom sudah memungkinkan pemain bertarung satu sama lain melalui jaringan lokal. Dari sini, lahir istilah “frag” dan cikal bakal esports FPS modern.
Secara teknis, Doom juga luar biasa. Engine-nya ringan, cepat, dan mudah dimodifikasi. Hal tersebut pula menjadi alasan kuat mengapa komunitas modding Doom masih hidup sampai sekarang, bahkan ada ribuan versi WADs yang dibuat oleh pemain.
Dibalik seemua keseruan itu, Doom juga sempat memicu kontroversi besar. Game tersebut dituduh terlalu brutal dan “iblis banget” karena mengandung darah, pentagram, dan suara monster yang mengerikan.
Secara naratif, kisahnya sederhana namun efektif, kamu adalah seorang space marine yang dikirim ke Mars dan mendapati eksperimen teleportasi membuka gerbang ke neraka. Dari sana, satu-satunya cara untuk keluar hanyalah melalui lautan darah dan tumpukan mayat iblis.