Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

7 Rekomendasi Game Horor Bertema Jepang yang Mengerikan

Game Horor Jepang
Game Horor Jepang (Screenrant.com)

Horor Jepang selalu punya tempat khusus di hati para pecinta game. Mulai dari atmosfer gelap, elemen supernatural, hingga kisah psikologis yang mengguncang jiwa, semua disajikan dengan gaya khas yang memikat sekaligus menakutkan.

Jika kamu mencari pengalaman bermain yang bikin merinding dan sulit dilupakan, inilah tujuh game horor bertema Jepang yang wajib kamu coba. Masing-masing menyuguhkan ketegangan berbeda, tapi semuanya dijamin bikin jantung berdebar kencang.

1. Silent Hill 3

Game Horor Jepang
Game Horor Jepang (Screenrant.com)

Dirilis pada tahun 2003, Silent Hill 3 membawa pemain ke dalam kisah Heather, seorang gadis remaja yang harus menghadapi teror psikologis dan dunia lain yang dipenuhi makhluk mengerikan. Dibandingkan dua game sebelumnya, nuansa ketakutan dalam game ini terasa lebih personal dan intens. Penggunaan efek suara yang mengganggu, serta atmosfer dunia "Otherworld" yang menakutkan, menjadikan Silent Hill 3 sebagai salah satu puncak dari seri ini.

Game ini juga memiliki beberapa ending dan adegan tambahan, memberikan nilai replay yang tinggi. Selain itu, keterkaitannya dengan dua game sebelumnya membuat pengalaman bermain semakin bermakna. Silent Hill 3 bahkan menjadi inspirasi utama untuk film Silent Hill: Revelation, yang dibintangi Kit Harington dan Sean Bean.

2. Shadow Corridor

Game Horor Jepang
Game Horor Jepang (Screenrant.com)

Shadow Corridor adalah game horor orang pertama yang dirilis pada 2019 oleh pengembang indie Jepang, Kazuki Shiroma. Meski berasal dari studio kecil dan hanya tersedia di PC melalui Steam, game ini menyuguhkan pengalaman horor yang tak bisa dianggap remeh.

Berlatar di kota Jepang yang terasa nyata, pemain akan menjelajahi gang sempit, kuil tua, hingga teater yang terbengkalai. Sensasi seperti terjebak dalam labirin gelap sangat kental terasa. Yang paling menonjol dari Shadow Corridor adalah desain audionya. Suara langkah kaki, bisikan, dan dentingan misterius akan membuat bulu kudukmu berdiri setiap saat.

3. Parasite Eve 2

Game Horor Jepang
Game Horor Jepang (Screenrant.com)

Berbeda dari pendahulunya yang cenderung ke arah RPG klasik, Parasite Eve 2 yang dirilis pada tahun 2000 mengusung gameplay bergaya survival horror ala Resident Evil. Tak heran, karena game ini disutradarai oleh Kenichi Iwao, yang juga dikenal sebagai penulis Resident Evil.

Pemain berperan sebagai Aya Brea, agen yang menghadapi makhluk hasil mutasi biologis yang mengerikan. Dengan atmosfer tegang dan momen jumpscare yang memacu adrenalin, Parasite Eve 2 berhasil memadukan aksi dan ketegangan dengan latar cerita ilmiah yang dalam. Kombinasi horor biologis dan suasana sunyi khas Jepang menjadikan game ini tetap relevan hingga kini.

4. Corpse Party

Game Horor Jepang
Game Horor Jepang (Screenrant.com)

Jangan tertipu oleh tampilannya yang sederhana. Corpse Party, yang pertama kali dirilis untuk PC pada 2006 menggunakan RPG Maker, adalah game horor 2D yang mampu membuat pemain bergidik ngeri. Ceritanya mengikuti sekelompok siswa yang terjebak di sekolah berhantu setelah melakukan ritual pemanggilan arwah.

Meskipun grafisnya sederhana, game ini menonjol lewat narasi kelam, adegan gore, dan suara-suara menyeramkan yang lebih efektif bila dimainkan dengan headphone. Versi remake-nya, Corpse Party: Blood Covered dan Repeated Fear, memperluas cerita dan hadir di berbagai platform seperti PSP, 3DS, hingga Nintendo Switch.

5. Siren: Blood Curse

Game Horor Jepang
Game Horor Jepang (Screenrant.com)

Siren: Blood Curse merupakan remake dari Forbidden Siren yang dirilis secara episodik di PlayStation 3 pada tahun 2008. Format episodenya terasa seperti menonton serial horor Jepang yang menegangkan, namun kali ini kamu yang mengendalikan jalan ceritanya.

Game ini menghadirkan berbagai karakter dengan perspektif dan skenario berbeda, namun saling berhubungan. Elemen ketegangan dibangun dengan cermat lewat pencahayaan redup, suara ambient yang menyeramkan, dan musuh yang tiba-tiba muncul tanpa peringatan. Jika kamu menyukai horor dengan elemen cerita kuat, Siren: Blood Curse wajib dicoba.

6. The Evil Within Series

Game Horor Jepang
Game Horor Jepang (Screenrant.com)

Disutradarai oleh Shinji Mikami, sosok di balik Resident Evil, The Evil Within (2014), dan The Evil Within 2 (2017) adalah wujud modernisasi dari horor Jepang yang kental dengan pengaruh barat. Meski bukan sepenuhnya berlatar Jepang, identitas kreatornya menjadikan game ini layak masuk dalam daftar.

Game pertama menyuguhkan pengalaman horor yang padat dengan unsur psikologis dan gore, mengingatkan pada kombinasi antara Silent Hill dan Resident Evil. Sementara sekuelnya hadir dengan dunia semi-terbuka yang membuat ketegangan datang dari segala arah. Elemen desain, monster, dan atmosfernya tetap mencerminkan pendekatan horor ala Jepang, meski dikemas dengan gaya Hollywood.

7. Fatal Frame 2: Crimson Butterfly

Game Horor Jepang
Game Horor Jepang (Screenrant.com)

Jika berbicara soal horor Jepang, sulit rasanya tidak menyebut Fatal Frame 2: Crimson Butterfly. Dirilis pertama kali pada 2003 untuk PlayStation 2, game ini menempatkan pemain dalam peran dua saudara perempuan yang terjebak di desa berhantu. Satu-satunya alat untuk bertahan adalah Camera Obscura, kamera mistis yang dapat menangkap dan melawan roh jahat.

Game ini sangat kental dengan nuansa budaya Jepang, mulai dari desain desa, mitologi yang diangkat, hingga gaya horornya yang sunyi tapi mencekam. Fatal Frame 2 dianggap sebagai salah satu game paling menyeramkan sepanjang masa, setara dengan film horor Jepang klasik seperti Ring dan Ju-On.

Game horor Jepang punya keunikan tersendiri, lebih banyak bermain pada atmosfer, suara, dan rasa tidak berdaya daripada hanya sekadar jumpscare. Dari Silent Hill 3 yang menggali ketakutan psikologis, hingga Fatal Frame 2 yang memadukan mitologi Jepang dengan gameplay inovatif, semua game dalam daftar ini adalah bukti bahwa horor Jepang terus relevan dan menakutkan.

Siapkan headphone, matikan lampu, dan bersiaplah untuk mimpi buruk dalam bentuk digital.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Jaelani
Valya Annisya
Doni Jaelani
EditorDoni Jaelani
Follow Us