Kisah Caramel di dunia esports bermula saat ia masih kuliah, sembari bekerja di bidang manajemen keuangan di sebuah restoran Padang.
"Mulai berkarir di dunia esports, ketika masih kuliah sambil kerja. Karena dari dulu kalau menjalankan sesuatu itu aku selalu kompetitif, ingin jadi yang terbaik, aku push rank terus tiap malam sampai akhirnya join tim komunitas bernama Zapbros," ucapnya.
Di tempat itulah, ia mulai ikut turnamen-turnamen kecil di Pontianak. Keseriusan Caramel membawa hasil ketika timnya bergabung ke MPL Season 1 dengan nama Elite 8 Critical.
Saat itu, ia belum menjadi pemain, melainkan manajer tim—karena pemain ladies masih sangat jarang.
Namun momen krusial hadir ketika ia mengikuti FSL bersama tim SFI. Dari sanalah jalannya menuju EVOS Ladies terbuka, dan karirnya sebagai pro player benar-benar dimulai.
"Zapbros itu lumayan besar komunitasnya. Aku join komunitas di daerahku yang di Pontianak dan ikut turnament Warkop, sampai akhirnya timku ini join MPL season 1, nama timnya Elite 8 Critical."
"Di waktu itu aku join as managernya mereka karena player ladies itu masih jarang banget. Jadi aku tetap kompetitif main tapi belum join as a player, sampai ada turnament pertama ladies se-Asia Tenggara namanya FSL. Setelah ikut FSL itu, aku baru masuk EVOS sebagai player ladies-nya EVOS," tuturnya.
Di balik perjalanannya, Caramel tak menampik adanya tantangan besar, terutama dari lingkungan.
“Awalnya keluarga sangat menentang, apalagi aku cewek main game. Banyak yang bilang nggak ada masa depannya. Tapi lama-kelamaan papa mama lihat aku giat banget, akhirnya mereka mendukung,” kenangnya.
Keputusan pensiun ia ambil bukan tanpa alasan.
“Aku merasa sudah cukup di pro scene dan sudah lewat masa primenya. Duduk di bangku cadangan cukup lama, dan aku merasa potensiku tidak bisa berkembang maksimal lagi,” jelasnya.
Beruntung, keluarganya mendukung penuh, karena mereka tahu masa kerja pro player memang tidak panjang.
"Keluarga tentunya mendukung aku, karena masa kerja pro player juga tidak lama. Jadi di saat ada momen untuk berhenti, keluarga juga ikut mendukung," tambahnya.