Saat artikel ini ditulis, layanan-layanan Facebook di atas telah berfungsi normal kembali sekitar pukul 6 pagi WIB. Meski demikian, matinya Facebook dan kawan-kawan sangat terasa di belahan negara lain.
Pasalnya, layanan Facebook sendiri tak hanya digunakan untuk komunikasi saja. Industri niaga, video game, dan berbagai UMKM menderita kerugian karena terlalu bergantung pada layanan Facebook.
“Karena Facebook tidak berfungsi, kami kehilangan keuntungan yang jumlahnya ribuan (Euro),” ungkap Mark Donnelly, pendiri startup fashion HUH Clothing di Irlandia. “Jumlahnya mungkin tak terlihat banyak, namun tidak bisa berjualan selama 4-5 jam akan sangat mempengaruhi kemampuan kami membayar tagihan dan uang sewa di bulan ini.”
Kondisi lebih parah dialami oleh pemilik bisnis antar makanan Samir Munir asal New Delhi, India, karena ia tidak bisa menerima pesanan. Streamer bernama GoodGameBro juga tidak bisa melakukan live stream di Facebook yang jadi sumber mata pencahariannya.
Yang lebih ironis, tumbangnya Facebook ini juga mencegah karyawan Facebook untuk masuk ke dalam kantor dan memperbaiki masalah ini. Sistem internal milik Facebook yang mereka gunakan untuk bekerja pun tak bisa digunakan sehingga mereka harus menggunakan aplikasi lain seperti LinkedIn, Zoom, dan Discord.
Setelah masalah Facebook dan lainnya berhasil diselesaikan, Mark Zuckerberg menuliskan permintaan maaf melalui akunnya. “Maaf atas gangguan yang terjadi hari ini, saya tahu bagaimana Anda sekalian sangat mengandalkan layanan kami untuk saling terhubung dengan orang-orang yang Anda kasihi,” tulisnya.
Layaknya layanan Google yang sempat tumbang beberapa waktu lalu, matinya layanan Facebook kali ini pun menjadi gambaran bagaimana monopoli perusahaan pada berbagai jenis layanan bisa berdampak buruk jika masalah pada satu aplikasi mempengeruhi aplikasi lainnya.
Sumber: The New York Times