Beberapa tahun terakhir, rasanya sudah hal lumrah melihat ada beberapa serial anime yang lebih mengutamakan keindahan penampilan serta karakteristik yang unik dari para heroine-nya, dibandingkan membuat alur cerita yang menarik.
Hal ini bisa terjadi, karena demografi gender penggemar anime adalah pria. Dilansir dari situs statista, sebuah survei pada tahun 2020 yang diadakan di Amerika Serikat, menemukan bahwa anime lebih populer di kalangan pria daripada wanita, dengan 13 persen responden melaporkan bahwa mereka menganggap anime sangat disukai, dibandingkan 9 persen responden wanita dengan mengatakan hal yang sama. Wanita juga cenderung tidak pernah mendengar anime secara umum atau memiliki pendapat khusus tentang genre tersebut.
Mendominasinya pria di dalam komunitas penggemar anime. Membuat pelaku pasar industri anime berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan hal itu untuk meraup keuntungan.
Oleh karena itu, salah satu upayanya adalah membuat sebuah serial anime yang dihuni oleh berbagai karakter wanita cantik yang mampu memenuhi segala kriteria umum atau khusus untuk dijadikan waifu oleh setiap penggemar anime.
Jika mereka mampu membuat sebuah karakter yang waifuable bahkan sampai dijulukin “waifu sejuta umat”, maka bisa dikatakan mereka berhasil menciptakan anime yang menguntungkan.
Mengapa demikian? Karena semakin banyak yang menjadi suatu karakter wanita sebagai waifu, semakin populer pula animenya. Selain itu, mereka mampu milking karakter tersebut dengan menjual berbagai pernak-perniknya, seperti figur, dakimakura, poster, mug, baju, dan sebagainya.
Salah satu contoh anime yang menjual waifu sebagai daya tarik utamanya adalah Kanojo Okarishimasu.
Itulah mengapa, banyak para penggemar yang setiap musimnya menambahkan satu atau lebih ke dalam daftar waifu-nya.
Disebabkan, setiap musimnya banyak studio yang berlomba-lomba membuat karakter wanita yang mampu dijadikan waifu, dan menciptakan komunitas simp untuk sang karakter.