Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
film dokumenter indonesia (imdb.com).jpg
film dokumenter indonesia (imdb.com)

Intinya sih...

  • The Act of Killing (Jagal) dinominasikan untuk Oscar dan BAFTA sebagai Dokumenter Terbaik, membuka perbincangan tentang sejarah bangsa.

  • The Look of Silence (Senyap) memenangkan lebih dari 48 penghargaan global, termasuk nominasi Oscar.

  • Sexy Killers menyoroti dampak lingkungan dan sosial dari industri batu bara, sempat diblokir sementara di YouTube.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dokumenter merupakan genre film yang selain membawa unsur hiburannya, tapi juga membuka mata tentang siapa kita semua sebagai penontonnya.

Nah, dibalik dunia perfilman yang sering didominasi drama dan komedi, ada deretan film dokumenter Indonesia yang diam-diam mengguncang hati penontonnya.

Beberapa diantaranya bahkan masuk nominasi Oscar, tayang di Netflix, hingga viral di YouTube. Semua dokumenter ini dibuat dengan keberanian luar biasa dari para sineas yang ingin mengungkap kebenaran.

Yuk, kita mulai dari film yang paling banyak memicu percakapan banyak orang.

In Article GGWP_.png


1. The Act of Killing (Jagal)

The Act of Killing (tribunnewswiki.com)

Disutradarai oleh Joshua Oppenheimer pada tahun 2012, film ini mengikuti Anwar Congo, seorang mantan algojo dari masa kelam 1965 - 1966. Ia dan teman-temannya “mendramatisasi” ulang pembunuhan massal yang dulu mereka lakukan.

Tapi seiring proses itu berjalan, perlahan-lahan muncul perasaan bersalah, trauma, dan kebingungan yang membuat film ini jadi sangat mengganggu.

Maka dari itu, tidak heran jika The Act of Killing dinominasikan untuk Oscar dan BAFTA sebagai Dokumenter Terbaik, sekaligus membuka perbincangan tentang bagaimana bangsa ini melihat sejarahnya sendiri.

2. The Look of Silence (Senyap)

The Look of Silence(cinejour.com)

Seandainya The Act of Killing bisa bikin kamu tertegun lewat perspektif pelaku, maka The Look of Silence (Senyap) siap membuat banyak orang ternganga lewat kacamata korban.

Lagi-lagi disutradarai juga oleh Joshua Oppenheimer, dokumenter ini mengikuti perjalanan Adi Rukun yang kehilangan kakaknya dalam tragedi pembantaian 1965.

Alih-alih membalas dendam, ia justru mendatangi para pelaku satu per-satu untuk menanyakan kebenarannya.

Film ini bisa dibilang merupakan refleksi perihal keadilan restoratif dan bagaimana luka sejarah bisa diwariskan antar generasi, tercatat film ini sukses memenangkan lebih dari 48 penghargaan global, termasuk nominasi Oscar.

3. Sexy Killers

Sexy Killers (kumparan.com)

Pernah nonton dokumenter yang bikin kamu langsung ingin diskusi di kolom komentar? Sexy Killers adalah salah satunya. Film garapan Dandhy Laksono dan tim Watchdoc ini sempat bikin geger jagat maya saat rilis pada 2019, tepat di tengah hiruk-pikuk pemilu.

Di permukaan, film ini bercerita soal tambang batu bara. Tapi makin kamu tonton, makin terasa bahwa yang dibedah ternyata tidak semata-mata soal bisnis energi, melainkan hubungan gelap antara politik, korporasi, dan kekuasaan.

Film ini dengan berani memperlihatkan bagaimana industri batu bara mendanai kampanye politik dan mempengaruhi arah kebijakan negara.

Sexy Killers juga menyoroti sisi yang sering terlupakan, yaitu dampak lingkungan dan sosial. Nelayan kehilangan mata pencaharian, warga terpapar polusi, dan laut menjadi korban kerakusan manusia.

Aksesnya sendiri gratis di YouTube, tapi sempat juga jadi kontroversi karena sempat diblokir sementara.

4. Pulau Plastik

Pulau Plastik (pulauplastik.org)

Siapa bilang isu lingkungan itu membosankan? Pulau Plastik justru menampilkan hal yang sebaliknya. Dokumenter ini menawarkan kisah penuh semangat tentang generasi muda yang tidak mau tinggal diam melihat lautnya berubah jadi tempat sampah raksasa.

Disutradarai oleh Rahung Nasution dan Dandhy Laksono, film berdurasi 90 menit tersebut mengajak kita menyelami realita polusi plastik di Indonesia, mulai dari pantai hingga dasar laut.

Ditambah, film ini juga memberikan langkah-langkah praktis untuk hidup lebih ramah lingkungan, seperti zero-waste lifestyle, memilah sampah, sampai kampanye pengurangan plastik sekali pakai.

5. Banda: The Dark Forgotten Trail

Banda: The Dark Forgotten Trail (montasefilm.com)

Tahukah kamu kalau rempah-rempah Indonesia pernah jadi alasan perang dunia kecil di abad ke-17? Banda: The Dark Forgotten Trail membawa kita menelusuri kisah kelam itu, sebuah potongan sejarah yang jarang dibahas di sekolah, tapi meninggalkan luka mendalam bagi bangsa.

Disutradarai oleh Jayden Lav Esprit pada 2021, dokumenter berdurasi 90 menit itu menggali kembali sejarah Kepulauan Banda, tempat asal pala, rempah yang dulu dianggap lebih berharga dari emas.

Lewat narasi yang elegan dan suara khas Reza Rahadian sebagai narator, film ini terasa hidup sekaligus memilukan.

Kita diajak menyusuri jejak perbudakan, pembantaian massal, hingga perebutan kekuasaan antara Belanda dan Portugis yang menghancurkan tatanan sosial Banda.

6. Semesta

Semesta (karamelkinema.wordpress.com)

Dirilis tahun 2018 dan dinarasikan oleh Nicholas Saputra, film berdurasi 85 menit ini mengajak kita menjelajahi tujuh kisah dari berbagai daerah di Indonesia, dari Bali hingga Kepulauan Seribu, tentang masyarakat yang menjaga alam lewat kepercayaan dan tradisi mereka.

Semesta mengingatkan kita bahwa konservasi berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan keimanan. Ritual adat yang dulu sering dianggap mistik, ternyata justru mengandung prinsip keberlanjutan yang sejalan dengan konsep modern sustainability.

Melihat hal ini, tak heran jika filmnya masuk nominasi FFI 2019 untuk Dokumenter Panjang Terbaik.

7. Atas Nama Daun

Atas Nama Daun (youtube.com/@AnatmanPictures)

Topik ganja di Indonesia memang sensitif, tapi Atas Nama Daun berani menembus tabu itu dengan cara yang manusiawi.

Disutradarai oleh duo sineas legendaris Mira Lesmana dan Riri Riza, dokumenter ini mengikuti kehidupan para petani ganja di Maluku yang menggantungkan hidup pada tanaman terlarang tersebut. Bagi mereka, ganja adalah bagian dari identitas, budaya, dan sumber ekonomi yang diwariskan secara turun-temurun.

Dinarasikan Tio Pakusadewo, film ini berhasil menyampaikan dilema yang kompleks tanpa harus menghakimi. Penonton diajak melihat bagaimana kebijakan narkotika yang keras justru memperdalam kemiskinan dan mempersempit ruang hidup petani kecil.

Atas Nama Daun sempat viral di YouTube dengan jutaan penonton dan masuk nominasi FFI 2022. Film ini juga memicu percakapan penting perihal reformasi agraria, keadilan sosial, dan hak masyarakat adat.

FAQ

  1. Apa film dokumenter Indonesia terbaik yang wajib ditonton?
    Beberapa yang paling direkomendasikan adalah The Act of Killing (Jagal), Senyap, Sexy Killers, Pulau Plastik, dan Semesta, semuanya punya pesan sosial yang kuat.

  2. Di mana saya bisa menonton film dokumenter Indonesia secara legal?
    Kamu bisa menontonnya di Netflix, YouTube (Watchdoc & Anatman Pictures), serta platform festival film independen.

  3. Apa film dokumenter Indonesia yang memenangkan penghargaan internasional?
    The Act of Killing dan The Look of Silence (Senyap) keduanya pernah dinominasikan di Oscar dan BAFTA.

  4. Apakah ada film dokumenter Indonesia tentang isu lingkungan?
    Ya! Pulau Plastik dan Sexy Killers membahas isu polusi dan energi, sementara Semesta mengangkat konservasi berbasis spiritualitas.

  5. Film dokumenter Indonesia apa yang cocok untuk edukasi di sekolah atau kampus?
    Pulau Plastik, Semesta, dan Banda: The Dark Forgotten Trail cocok untuk pembelajaran tentang sejarah, budaya, dan lingkungan hidup.

Editorial Team