Review Captain America: Brave New World — Film MCU di Tengah Dunia Bergejolak

Thaddeus Ross (Harrison Ford) dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat dengan dukungan besar dari masyarakat. Meski ia merupakan figur di balik Perjanjian Sokovia dan terasingnya Bruce Banner, Presiden Ross berusaha untuk mengubah image-nya.

Salah satu bentuk komitmennya adalah dengan mendorong Perjanjian Pulau Celestial, yang menjadi sengketa berbagai negara akibat ditemukannya unsur baru bernama Adamantium. Pulau ini adalah Celestial Tiamut yang bangkit dari dalam Bumi dan dihentikan Eternals.

Sam Wilson (Anthony Mackie) dan Joaquin Torres (Danny Ramirez) membantu memuluskan konferensi tingkat tinggi itu dengan mengembalikan suplai Adamantium Jepang yang dicuri oleh Seth Voelker (Giancarlo Esposito), pemimpin Serpent Society.

Sam diundang ke dalam konferensi itu, dengan syarat ia bisa mengajak mentornya Isaiah Bradley (Carl Lumbly). Namun sebuah kejadian misterius membuat Isaiah dan beberapa Secret Service berusaha melukai Presiden Ross dan mengamuk di Gedung Putih.

Kondisi semakin pelik karena Sam dicurigai oleh Presiden Ross dan penasihat keamanannya, Ruth Bat-Seraph (Shira Haas). Sam sendiri yakin bahwa ada pengkhianat di dalam lingkaran Presiden Ross.

Menyadari bahwa Isaiah dicuci otaknya, sang Captain America dan Falcon menghilang dari pantauan pemerintah Amerika, untuk menemukan dalang di balik insiden yang bisa memicu Perang Dunia baru.

Captain America: Brave New World kembali mengusung ciri khas 3 film Captain America khas Chris Evans, yang mengakar pada unsur politik, thriller, perang, dan tentunya elemen patriotik Amerika Serikat.

Lebih spesifiknya, film ini lebih dekat dengan film The Winter Soldier, yang memiliki nuansa dan ketegangan yang serupa. Namun, film ini juga cukup berani untuk menyerang beberapa isu penting dalam dunia politik global.

Meskipun ini adalah sebuah film superhero, Brave New World menyajikan adegan aksi yang cukup realistis dari aspek bela diri hingga gun combat. Jikalau pun elemen superhero-nya ditanggalkan, ketegangan yang disajikan tidak jauh berbeda.

Brave New World melanjutkan beberapa elemen plot dari serial Falcon and Winter Soldier. Namun, ada beberapa elemen cerita yang di-recycle sebagai bentuk refresh untuk para penonton lama.

Sayangnya, pengingat ini juga ikut berimbas pada karakterisasi Sam, yang baik dalam serial TV dan film kembali mempertanyakan apakah ia pantas mewarisi gelar Captain America. Padahal plot ini sudah diselesaikan di serial TV-nya.

Tidak hanya itu saja, dalam beberapa adegan nampak jelas bahwa Marvel Studios punya konsep berbeda untuk Ruth yang merupakan karakter berdarah Israel. Untuk menghindari kontroversi, konsep karakternya diubah namun sebagian jejaknya tersisa di dalam film.

Captain America: Brave New World hadir di tengah dunia yang tengah bergejolak. Amerika Serikat mendapatkan presiden baru yang kontroversial, dan hal ini pun mengubah wajah negara adidaya itu di hadapan warga dunia.

Entah kebetulan atau tidak, film ini memiliki kekuatan untuk menantang status dunia yang berada di ambang ketidakpastian. Agak disayangkan, nampaknya Marvel Studios memilih untuk bermain aman.

Kesampingkan hubungannya dengan perpolitikan global, Brave New World membawa Captain America kembali ke marwahnya, yang menjadikan film ini menonjol dibandingkan beberapa rilisan MCU yang sudah lalu.

Ia adalah film aksi thriller yang serius, no nonsense, dan berani menunjukkan kelemahan karakter di dalamnya. Jika kamu rindu dengan film Captain America di era The Winter Soldier, Brave New World boleh kamu tonton.

Captain America: Brave New World diperankan oleh Anthony Mackie, Danny Ramirez, Shira Haas, Carl Lumbly, Xosha Roquemore, Jóhannes Haukur Jóhannesson, Giancarlo Esposito, Tim Blake Nelson, Liv Tyler, dan Harrison Ford telah tayang di bioskop Indonesia.