Review The Flash: Kisah DCEU Menembus Multiverse

Setelah jadi bagian dari Justice League, Barry Allen alias The Flash disibukkan dengan tugasnya menyelamatkan dunia dan juga bekerja sebagai ahli forensik Central City.

Di sisi lain, Barry juga memfokuskan hidupnya membantu sang ayah, Henry, dalam sidang banding untuk membebaskannya dari tuduhan pembunuhan atas ibunya, Nora.

Barry yang mulai putus asa, berlari sangat cepat hingga mampu mengakses kekuatan terbesar Speed Force, yang menjadi kunci kemenangan Justice League atas Steppenwolf.

Barry mendiskusikan penemuannya dengan Bruce Wayne, yaitu menggunakan Spee Force untuk kembali ke masa lalu. Namun, Bruce melarang Barry melakukannya.

Merasa buntu dengan perkembangan kasus ayahnya, Barry kemudian kembali ke masa lalu untuk mencegah pembunuhan ibunya.

Saat Barry kembali ke masa kini, sebuah kekuatan misterius melemparnya keluar. Barry mendapati dirinya tiba di tahun 2013.

Di tahun ini, orang tua Barry masih hidup, dan bahkan Barry bertemu versi dirinya sendiri yang masih kuliah.

Namun, Barry tiba di hari dimana ia mendapatkan kekuatan supernya. Selain itu, tahun itu juga bertepatan dengan kedatangan General Zod yang mencari Superman.

Sadar bahwa aksinya di masa lalu membuat para metahuman menghilang, Barry harus mengumpulkan kekuatan yang bisa membantunya mencegah Zod menghancurkan bumi.

Dalam kesempatan pertama DCEU menjabarkan cerita multiverse, The Flash menampilkan konsep multiverse yang agak rumit dalam teori, namun prakteknya cukup menyenangkan.

Di sini kita bisa melihat sosok Batman versi Tim Burton yang diperankan Michael Keaton, hingga Supergirl ala DCEU yang dibintangi oleh Sasha Calle.

Tanpa berusaha untuk membocorkan isinya, di film ini kamu akan menemukan lebih banyak karakter DC dari universe lain.

Kebanyakan mereka merupakan karakter DC dari film dan serial TV yang tersebar dari berbagai macam era. Bahkan ada juga karakter teoritis yang sempat dirumorkan.

Film DCEU dalam jagat Snyderverse acap kali dianggap memiliki nuansa yang gelap. Jika tidak pun, ceritanya lebih serius.

Namun pada The Flash, cerita yang disajikan cukup ringan berkat tingkah Barry yang canggung. Nuansa komedinya mungkin bisa disamakan dengan beberapa film MCU.

Mungkin satu hal yang agak disayangkan, bahwa pada akhirnya konsep multiverse yang diusung tidak memberikan implikasi besar pada film DCEU mendatang.

Padahal, The Flash bersama dengan Aquaman and the Lost Kingdom akan menjadi film terakhir DCEU sebelum bertransisi ke jagat DC Universe garapan James Gunn.

The Flash menjadi penultimate stop kita sebelum akhir dari DCEU. Agak disayangkan bahwa DC belum bisa all-out dengan potensi yang disajikan premisnya.

Secara independen, The Flash merupakan film yang cukup oke dari sisi cerita. Namun jika berbicara soal konteks tambahan dan gambaran besarnya, film ini terasa kurang.

Film ini tidak terasa seperti sebuah transisi ke era baru jagat sinematik DC, yang mana hal ini bisa menjadi sebuah send-off yang cukup bagus sambil mengulang ceritanya dari nol.

Menciptakan film multiverse memang bukan sebuah perkara mudah, dan di kesempatan kali ini pun The Flash masih berlari untuk menggapai bentuk sempurna film tersebut.

The Flash bisa kamu saksikan di bioskop terdekat.

Untuk lebih banyak informasi seputar esports dan film, jangan lupa untuk follow akun Instagram GGWP.ID di @ggwp_esports!

Rating: 3/5