Sumber: Facebook MPL Indonesia
Sejak MPL ID mengadopsi sistem franchise di season 4, tim-tim peserta harus melakukan investasi dengan membayar uang dalam jumlah tertentu untuk bisa ikut bertanding.
Dari investasi itu, nantinya akan adanya bagi hasil dari pihak penyelenggara seperti pendapatan dari penjualan tiket dan hak siar. Jadi pendapatan tim tak hanya dari hadiah turnamen saja.
Di sisi lain, tim harus memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan seperti standar minimal gaji pemain. Tim juga harus membuktikan bahwa adalah organisasi resmi berbentuk PT.
Setelah gelaran SEA Games 2023 MLBB dan selesainya MPL ID Season 11, sistem franchise ini menjadi sorotan usai menerima kritik dari beberapa pihak.
Namun ada sisi positif dari sistem tersebut yang diungkap oleh Antimage. Pernah bertanding di MPL ID S2 dan S3 saat masih di ONIC sebelum franchise diterapkan, ini perbedaannya.
“Gue kan player yang sudah merasakan sebelum franchise dan sesudah franchise (MPL Indonesia), jadi gua tau,” ucap Antimage dalam episode terbaru Empeshow yang diunggah di YouTube Jonathan Liandi pada Rabu (7/6/2023).
“Gua ngomong jujur. Sebelum dan sesudah franchise, sebenarnya lebih stabil pas udah franchise sih,” tambahnya.
Sumber: YouTube Jonathan Liandi
Salah satu contoh stabilitas yang disebut Antimage adalah dalam hal penggajian pemain. Menurutnya setelah franchise, MPL akan membantu pemain jika mengalami kendala yang berhubungan dengan kontrak.
“Karena pas sebelum franchise, masalah kontrak dan apapun lumayan liar, tapis setelah franchise lebih teratur. Player sama caster sejahtera, tim makin mantap yang dukung, komunitas makin besar,” ungkap Antimage.
“Jadi gua lebih dukung franchise sih, karena kestabilan dan kesejahteraan player kalau ada masalah langsung diurusin MPL, sebelum franchise mana ada kayak gitu,” tambahnya.
Ikuti terus informasi terbaru dan terupdate seputar game, esports, dan pop culture di GGWP.ID!