Kondisi Kerja Anantarupa Studios Dilaporkan Membaik

- Manajemen Anantarupa Studios mengadakan town hall untuk memberikan kejelasan seputar kondisi studio dan menjelaskan permasalahan finansial serta upaya untuk mengamankan dana.
- Tuduhan gaslighting dari manajemen ditolak, namun dampak bocornya informasi internal terhadap proses negosiasi dengan investor menjadi sulit.
- Pegawai memilih untuk tetap bekerja meskipun pembayaran gaji tertunda, karena percaya pada visi manajemen dan produk mereka, yaitu Lokapala.
Kabar baik datang dari Anantarupa Studios, dimana manajemen dilaporkan mulai mengambil langkah-langkah positif untuk menjawab keresahan para pegawai.
Menyusul klarifikasi yang disampaikan oleh pihak manajemen dan CEO Ivan Chen, janji untuk melakukan evaluasi internal nampak mulai dijalankan.
Selain itu, kisah-kisah dari para pegawai Anantarupa Studios juga mengemuka di media sosial (1, 2, 3, 4, dan 5), dan menggambarkan kondisi riil dari studio tersebut saat ini.
1. Anantarupa Studios mulai mengadakan town hall

Berdasarkan wawancara GGWP dengan pegawai Anantarupa Studios yang menolak untuk diidentifikasi, serta wawancara lainnya yang dilakukan oleh VICE, terdapat beberapa itikad baik dari manajemen untuk memberikan kejelasan seputar kondisi studio saat ini.
Pada tanggal 22 April 2025, diadakan sesi town hall atau pertemuan antara manajemen dengan pegawai, dimana manajemen mengungkap beberapa informasi yang sebelumnya tidak diketahui para pegawai. Informasi tersebut menyangkut kondisi keuangan studio, pencarian investasi, serta keresahan lain dari para pegawai.
"(CEO) Ivan dan (COO) Diana menjelaskan mengapa studio kehabisan dana, serta menceritakan runutan kejadian hingga bulan November 2024. Itu adalah momen saat kita menyadari ada permasalahan finansial," ujar Yusdi Saliman, Lead Programmer Anantarupa Studios kepada VICE.
Yusdi menjelaskan, manajemen juga menceritakan usaha mereka untuk mengamankan dana demi memenuhi kewajibannya kepada pegawai, serta alasan mengapa upaya tersebut akhirnya gagal maupun tertunda.
"Sejauh yang saya amati, manajemen tidak berusaha untuk berbohong atau cuci tangan. Mereka mengakui kesalahan mereka, serta menjelaskan alasan di balik keputusan yang berujung pada situasi saat ini," jelasnya.
Ia juga menambahkan, CEO dan COO sudah tidak menerima gaji lebih lama dari para pegawai. Mereka juga membantu membayarkan gaji pegawai yang sangat terdampak, melalui dana pribadi mereka sendiri.
Pegawai yang diwawancarai oleh GGWP sendiri mengapresiasi langkah yang diambil oleh manajemen karena telah transparan dengan para pegawai. Namun, ia juga cukup menyayangkan karena diskusi town hall ini baru terjadi di akhir bulan April 2025.
Menurutnya, jika manajemen dapat lebih terbuka sejak awal, seawal pada bulan November 2024 saat permasalahan gaji pegawai mulai mengemuka, permasalahan ini tidak akan menjadi berlarut-larut sampai sekarang.
Hal yang sama juga dibenarkan oleh Yusdi. "Meeting menyeluruh pada hari pertama krisis akan sangat membantu meringankan kekhawatiran pegawai, dan memberikan gambaran jelas posisi studio saat ini. Namun, manajemen memiliki alasan untuk tidak mengadakan meeting tersebut. Saya mengerti posisi mereka, dan menghargai keputusan tersebut," ungkapnya.
2. Tuduhan gaslighting dari manajemen

Pengakuan dari beberapa pegawai Anantarupa Studios yang tertautkan di atas menyebutkan, baik CEO dan COO tidak menghilang seperti yang diungkap dalam laporan di Murzfeed dan Glassdoor. Seperti yang sudah disinggung di atas, Ivan dan Diana hadir di sesi town hall pada bulan April 2025, untuk menjelaskan semua runutan kejadiannya.
Aditya, Project Management Anantarupa Studios, berbicara lebih lanjut kepada VICE seputar meeting town hall tersebut , serta tuduhan penggunaan kata "anarkis" dalam pengumuman internal studio. Ia menyangkal adanya kejadian tersebut.
Dalam keterangan lain yang didapat dari wawancara GGWP, pengumuman internal tersebut diedarkan karena terdapat informasi internal yang bocor ke luar, yang membuat proses negosiasi dengan investor menjadi sulit. Hal ini nampak sejalan dengan keterangan Aditya.
"Kami mencoba menjelaskan kondisi dan dampak (yang diderita oleh studio) jika ada pegawai yang merilis informasi internal kepada publik," paparnya. "Saya tahu betapa sulitnya mendapatkan pendanaan dan investasi. Namun narasi personal dan palsu ini muncul dan menakut-nakuti investor potensial."
Aditya juga membenarkan dampak dari bocornya informasi internal tersebut, serta efek dari narasi-narasi yang tidak akurat ini, dimana terdapat beberapa kerjasama yang batal terlaksana akibatnya.
Hanna Karunia, VFX artist Anantarupa Studios turut menyayangkan kejadian ini. "Saya berharap hal ini (penundaan gaji) tidak dinormalisasikan. Akan tetapi, menanggapinya dengan tindakan negatif juga tidak bisa diterima. Kita harus bisa mengambil langkah yang dewasa dan strategis untuk mengatasi masalah ini."
3. Pegawai memilih untuk tetap bertahan

Yusdi Saliman melanjutkan, saat permasalahan di Anantarupa Studios mengemuka, para pegawai diberikan dua opsi terkait kondisi mereka. Pertama, tetap bekerja meski pembayaran gaji tertunda. Kedua, adalah mengambil cuti unpaid untuk mengerjakan proyek freelance maupun mencari pekerjaan baru.
"Manajemen tidak sepenuhnya menjelaskan ini, tapi tedapat pula pilihan ketiga, yaitu resign. Selalu ada pilihan untuk resign, semua orang bisa memilih untuk resign meskipun studio berjalan secara normal," ungkap Yusdi.
Namun, Yusdi dan pegawai lain, termasuk yang GGWP wawancarai, memilih untuk tetap bekerja di Anantarupa Studios meskipun belum kunjung mendapatkan gaji. Banyak dari mereka memilih untuk percaya pada visi manajemen dan juga produk mereka, yaitu Lokapala.
"Kami ingin menunjukkan pada semua orang, terutama kepada investor potensial dan partner bisnis kami, bahwa kami masih hidup, Lokapala masih hidup, dan kami tidak akan mengecewakan para pemain meskipun dalam masa-masa sulit," ujarnya.
Avyrouz, ilustrator Anantarupa Studios, juga berbagi sentimen yang sama. "Saya paham bahwa ini adalah industri berbasis proyek, dan pendapatan kita tidak bisa diprediksi. Namun, saya tetap tinggal karena saya percaya dengan apa yang saya perjuangkan."
"Visi dari manajemen ini tidak saya temukan di perusahaan lain di industri ini," tambah Ninoi, pegawai Anantarupa Studios yang lain. "Saya tidak menemukan semangat yang sama dengan Anantarupa Studios di tempat lain, san saya ingin berkontribusi. Mereka membuat saya bangga dengan apa yang saya kerjakan."
4. Kemana arah Anantarupa Studios dari sini?

Terlepas kondisi Anantarupa Studios yang masih belum ideal, komitmen manajemen untuk memperjuangkan hak para pegawainya tetap harus diapresiasi. Dengan adanya itikad baik dari manajemen untuk mengadakan town hall dan mendengar keluhan pegawai, menunjukkan bahwa Anantarupa Studios sudah ada di jalan yang tepat.
Menjaga komunikasi dan transparansi, khususnya di masa sulit ini, merupakan kunci untuk mempertahankan trust para pegawai dan membantu mengisolasi permasalahan sehingga tidak melebar. Suara dari para pegawai yang terdampak sangat berarti, bagaimanapun cara mereka menerima dan menavigasi momen-momen sulit ini.
Skeptisisme dari netizen masih bisa dirasakan, mengingat sampai hari ini hak-hak pegawai masih belum terpenuhi dan kemampuan manajemen untuk menyelesaikan masalah ini masih harus dibuktikan. Di titik inilah, Anantarupa Studios berusaha untuk menunjukkan bahwa mereka mampu memperbaiki kesalahan mereka.