OPINI: Best of 1, Swiss Format, dan Mental All-Out Tim MPL Indonesia

Mental all-out tim MPL Indonesia diuji setelah M6 World Championship mengumumkan konsep swiss format yang akan digunakan di turnamen tersebut.
Dalam format baru kali ini, ke-16 tim yang masuk ke main stage akan bermain paling minimal 3 kali dalam format best of 1, untuk menentukan tim di babak playoff.
Perubahan format ini membawa antusiasme yang cukup besar, sekaligus kekhawatiran untuk beberapa tim MPL Indonesia.
Pasanya, masih segar ingatan kita tentang MSC 2024, dimana tim Indonesia gagal maju ke babak playoff setelah kekurangan poin di fase grup yang mengusung format best of 2.
Apa yang menyebabkan hal tersebut, dan bagaimana caranya agar tim Indonesia bisa meraih hasil baik di format tersebut?
Mental all-out tim MPL Indonesia menghadapi format turnamen cepat
1. Mimpi buruk MSC 2024

MSC 2024 tercatat sebagai turnamen internasional dengan hasil terburuk yang diraih oleh tim Indonesia sejauh ini.
Tidak ada satu pun tim dari Indonesia yang berhasil menembus babak playoff MSCN 2024 karena defisit poin dari tim di posisi atas.
Baik Fnatic ONIC dan EVOS Glory finis di posisi 3 di grup mereka masing-masing, dengan raihan agregat poin setiap tim adalah 0 dan -2.
Gugurnya tim Indonesia menjadi kejutan bagi jagat MLBB global. Tidak ada yang pernah menyangka bahwa tim dari salah satu basis MLBB terkuat harus gugur di awal kompetisi.
Hal ini juga berdampak pada viewership dari MSC 2024 itu sendiri, dimana top 4 match dengan view tertinggi diisi oleh match grand final dan semua match fase grup Fnatic ONIC.
2. “Game 1 ketinggalan? Santai, masih ada game 2!”

Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Menyebut tim Indonesia masih terbiasa bermain dengan format Bo3 mungkin sekilas terlihat masuk akal.
After all, MPL Indonesia juga mengusung format Bo3 di regular season, dengan penambahan jadi Bo5 di playoff dan Bo7 di grand final.
Apa yang salah dari format Bo3? Sejujurnya tidak ada. Justru, masalah sebenarnya adalah attitude dari tim yang menjalani match-nya.
Ketika satu tim ketinggalan di game pertama, ada banyak tim yang justru terbawa arus serangan lawan tanpa melawan balik.
Ini karena dalam pikiran mereka, ketertinggalan di game 1 bisa dikejar di 2 game selanjutnya. Jika ada kesempatan seperti itu, pastinya harus dimanfaatkan.
Memang benar. Tapi di sisi lain, ini menunjukkan mental defeatist yang tidak mau berjuang di saat itu juga.
Pola pikir untuk membalikkan keadaan di game selanjutnya saat ketinggalan di game pertama memperlihatkan sifat yang terlalu berserah diri dan santai.
Jika bertanding dengan format Bo3, sah-sah saja berpikir demikian. Namun, di bawah itu, salah langkah sejak awal sudah berarti gagal memenuhi tujuan.
3. Mental all-out sejak game pertama

Jadi apa solusi yang bagus untuk mempersiapkan tim Indonesia jelang M6? Memperbanyak pertandingan Bo1, atau mengganti format turnamen sayangnya bukan solusinya.
Kunci yang paling utama adalah dengan memupuk mental petarung yang bermain all out sejak game pertama.
Para pemain dan tim harus memiliki mindset dominasi di awal game, dengan tidak memberikan kesempatan satu jengkal pun kepada lawan.
Jika dari sisi mental sudah dipupuk, maka bermain dalam format apapun, baik itu Bo1 atau Bo3, tim MPL Indonesia bisa memberikan perlawanan yang sengit.
Dengan ini, tim akan sangat prepare di awal dan tidak akan kecolongan poin secara sia-sia di game pertama.
Di M6 nanti, setiap tim punya 5 kesempatan untuk meraih 3 kemenangan di fase swiss round. Artinya, tim tidak boleh kalah sebanyak 3 kali.
Sistem ini tidak boleh menjadi alasan untuk bermain santai di ronde pertama, karena format Bo1 yang diusung. Kalah satu kali saja, tim sudah mengeset preseden buruk.
Akankah format swiss round dengan Bo1 ini kembali jadi batu sandungan untuk tim Indonesia? Hanya mereka sendiri yang bisa menjawabnya.