Sumber: instagram.com/faker
Turnamen Esports World Cup (EWC) 2025 menjadi panggung, di mana Faker kembali membuktikan diri.
Saat T1 berhadapan dengan G2 Esports, Faker tampil impresif dengan KDA 8/1/15 (23.0), CSM 8.2, dan Damage per Minute (DPM) 777. Angka ini mencerminkan dominasi penuh di Mid Lane, sekaligus kontribusi masif terhadap kemenangan tim.
Meski T1 hanya menempati posisi ketiga di turnamen tersebut, sorotan tetap mengarah kepada Faker.
Sebagai seorang Mid Laner, ia menjadi otak strategi T1. Kekuatan makro-nya mampu mengubah arah permainan hanya lewat satu keputusan tepat—apakah itu melakukan roam untuk membantu sidelane, memimpin teamfight, atau sekadar menjaga stabilitas tempo permainan.
Inilah yang membedakan Faker dari banyak pemain lain. Ya, ia bukan hanya unggul dalam mekanik, tetapi juga dalam membaca permainan dan menciptakan momen yang menguntungkan bagi timnya.
Selain di panggung pertandingan, sosok Faker juga menarik karena kepribadiannya yang unik. Meski terkenal dan berpenghasilan besar, ia dikenal sederhana.
Ia pernah viral karena masih menggunakan ponsel jadul meski statusnya sudah superstar. Di depan kamera, ia jarang menunjukkan emosi berlebihan, hingga dijuluki seperti “robot” karena ketenangan dan ekspresinya yang datar.
Selain itu, ada satu hal yang membuat Faker semakin istimewa, yaitu loyalitasnya kepada T1. Sejak awal karir hingga kini, ia tidak pernah berpindah tim.
Di dunia esports yang penuh dengan perpindahan pemain demi tawaran besar, Faker tetap memilih untuk membangun satu dinasti di satu tim. Loyalitas ini membuatnya bukan hanya sekadar pemain, tetapi juga wajah abadi T1.