[Eksklusif] Interview Stephen "Mort", Gameplay Director TFT, tentang 6-Cost dan Balance

Setiap set baru di Teamfight Tactics selalu membawa hal berbeda yang membuat pengalaman bermain selalu fresh.
Di Set 13 Into the Arcane, Riot Games memperkenalkan 6-Cost Champion dan sistem Anomaly untuk pertama kalinya. Inovasi ini menawarkan gameplay yang lebih variatif dan tentu saja menantang.
Dalam wawancara eksklusif ini, Stephen “Mort” Mortimer, Gameplay Director TFT, berbagi pandangan tentang alasan di balik hadirnya 6-Cost Champion, replayability dari set ini, serta tantangan menjaga balance.
6-Cost Champion: Inovasi Out of the Box Riot Games

Kehadiran 6-Cost Champion di Set 13 menjadi perbincangan yang cukup hangat di kalangan komunitas. Mort menjelaskan bahwa keputusan ini lahir dari kebutuhan untuk membuat set yang berbeda dan menarik, akan tetapi harus tertahan narasi saat serial Arcane belum selesai.
“Ketika kami memulai Set 13, kami tahu bahwa ini akan menjadi Arcane Set, tetapi ada tantangan besar karena beberapa karakter, seperti Viktor dan Warwick, belum muncul di episode awal serial tersebut. Mel pun belum memiliki kekuatan. Jadi kami berpikir, bagaimana cara memasukkan mereka sekaligus membuat set ini lebih keren?” ungkap Mort.

Solusinya adalah menghadirkan mereka sebagai 6-Cost Champion beberapa minggu setelah rilis. “Kami ingin mencoba sesuatu yang benar-benar baru. Membuat mereka sebagai 5-Cost mungkin lebih aman, tetapi itu tidak cukup menarik,” tambahnya.
Menurut Mort, eksperimen ini memberi tim Riot kesempatan untuk belajar dan melihat bagaimana pemain merespons konsep tersebut. “Kami mencoba keluar dari kotak, mencoba hal baru, dan terus belajar. Apakah 6-Cost berlebihan? Apakah butuh lebih banyak 6-Cost? Itu adalah pertanyaan yang hanya bisa dijawab dengan mencoba.”
Replayability Set 13: Terbaik Sejauh Ini

Sebagai set yang berasal dari setting Arcane, Set 13 dirancang dengan hal-hal yang sangat beragam, mulai dari ratusan Augment baru, Anomaly, hingga mekanik Team-Up. Menurut Mort, replayability Set 13 sejauh ini sangat tinggi.
“Banyak pemain yang sudah memainkan 200–300 game dan masih menemukan kombinasi baru,” jelasnya. Namun, seperti set lainnya, replayability biasanya mulai menurun sekitar bulan ketiga atau keempat, ketika pemain siap untuk set berikutnya.
Meski demikian, dibandingkan dengan set sebelumnya, Mort yakin bahwa Set 13 menawarkan pengalaman yang lebih kaya dan variatif. “Kami ingin memastikan setiap sesi bermain bisa terasa baru, meskipun kita sudah menghabiskan waktu berjam-jam,” tambahnya.
Balancing di TFT: Semua Kembali ke Pemain

Salah satu tantangan terbesar dalam desain TFT adalah menjaga keseimbangan (balancing) antar Champion dan sinergi. Mort menjelaskan bahwa pembatas antara champion yang terlalu kuat dengan yang unplayable sangatlah tipis.
“Selisih 2 AD saja bisa membuat perbedaan besar. Champion dengan 50 AD bisa terasa terlalu kuat, tetapi dengan 48 AD, pemain menganggap mereka sangat lemah,” jelasnya.
Namun, balancing bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga memberikan variasi dalam permainan.

Mort sempat berbagi tentang mimpi besarnya sebagai Game Director TFT. “Mimpi besar kami adalah membuat setiap Champion bisa dimainkan dan memiliki sinergi yang sama kuat,” ujar Mort.
Mort juga menjelaskan bahwa komposisi seperti Chem Baron menawarkan pengalaman high-risk, high-reward yang berbeda dari komposisi lain yang lebih konsisten, seperti Emissary.
“Jika semua komposisi terasa terlalu konsisten dan aman, replayability akan menurun. Kita perlu variasi, seperti dalam TCG, ada deck yang agresif, tapi ada juga yang tipenya kontrol,” jelas Mort.
Dengan hadirnya 6-Cost Champion di dalam Set 13, dan filosofi balancing yang mengedepankan inovasi, TFT terus berkembang sebagai game auto battler dengan replayability yang tinggi.
Keberanian Riot Games untuk mencoba hal baru menjadikan TFT selalu segar dan menantang. Membuat saya tidak sabar untuk mencoba Set 14 yang entah kapan akan dirilis.