Salah satu tantangan terbesar dalam desain TFT adalah menjaga keseimbangan (balancing) antar Champion dan sinergi. Mort menjelaskan bahwa pembatas antara champion yang terlalu kuat dengan yang unplayable sangatlah tipis.
“Selisih 2 AD saja bisa membuat perbedaan besar. Champion dengan 50 AD bisa terasa terlalu kuat, tetapi dengan 48 AD, pemain menganggap mereka sangat lemah,” jelasnya.
Namun, balancing bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga memberikan variasi dalam permainan.
Mort sempat berbagi tentang mimpi besarnya sebagai Game Director TFT. “Mimpi besar kami adalah membuat setiap Champion bisa dimainkan dan memiliki sinergi yang sama kuat,” ujar Mort.
Mort juga menjelaskan bahwa komposisi seperti Chem Baron menawarkan pengalaman high-risk, high-reward yang berbeda dari komposisi lain yang lebih konsisten, seperti Emissary.
“Jika semua komposisi terasa terlalu konsisten dan aman, replayability akan menurun. Kita perlu variasi, seperti dalam TCG, ada deck yang agresif, tapi ada juga yang tipenya kontrol,” jelas Mort.
Dengan hadirnya 6-Cost Champion di dalam Set 13, dan filosofi balancing yang mengedepankan inovasi, TFT terus berkembang sebagai game auto battler dengan replayability yang tinggi.
Keberanian Riot Games untuk mencoba hal baru menjadikan TFT selalu segar dan menantang. Membuat saya tidak sabar untuk mencoba Set 14 yang entah kapan akan dirilis.