Evil Geniuses Bikin Heboh Pada Gelaran EPICENTER Moscow 2017! Hero Support Jadi Carry!

Genius! Mungkin hanya kata itu yang cocok menggambarkan performa tim Evil Geniuses (EG) pada group stage gelaran EPICENTER Moscow 2017!
Baru saja memenangkan turnamen premium Manila Masters 2017 Mei lalu, EG terus tancap gas dengan menujukan performa apik pada turnamen EPICENTER Moscow 2017. Selain kekompakan tim dan skill mekanik para pemain bintangnya, kali ini EG menampilkan jurus rahasia berupa draft tak terduga!
Hero draft sendiri menjadi unsur penting dari permainan Captains Mode di mana kedua tim saling memilih hero. Pilihan yang dimaksud dapat berupa pick atau ban. Hero draft ini dianggap sebagai ‘permainan catur sebelum permainan catur’, ibarat memilih bidak catur yang akan dipertandingkan nantinya.
Hero draft tersebut dimainkan oleh banyak pemain Dota 2 dan menghasilkan pola atau tren di dalam permainan. Pola atau tren yang muncul dalam Dota 2 dikenal dengan istilah meta. Meta sendiri mencakup banyak hal, seperti peran dari hero tersebut, lane tempat hero tersebut farming, sampai dengan item yang digunakan oleh hero tersebut.

Sebagai contoh, Juggernaut memiliki meta sebagai hero carry yang melakukan farming di safe lane ditemani oleh support. Item meta dari Juggernaut adalah Manta Style yang memungkinkannya menciptakan bayangan atas dirinya yang serba guna.
Akan menjadi suatu kejutan apabila Juggernaut dipilih untuk memainkan peran support dengan bantuan item seperti Rod of Atos. Kejadian seperti itu dikenal dengan istilah off meta (di luar kebiasaan meta), dan saat hal tersebut mulai digunakan oleh banyak pemain akan berganti istilah menjadi new meta (tren baru yang populer digunakan).
Tidak jarang pemilihan hero yang off meta memberikan kemenangan karena lawan tidak menduganya. Ambil saja perjalanan Wing’s Gaming yang menjuarai The International 6 berkat kemampuannya memainkan hero off meta sedemikian rupa sehingga lawan tidak dapat memprediksinya.

Itulah senjata rahasia EG yang selama ini terkenal sangat mendalami dan mengikuti meta yang ada dan jarang sekali berekperimen menggunakan hero off meta. Strategi baru ini bisa jadi hasil racikan sang kapten Andreas ‘cr1t’ Nielsen dan pelatihnya yaitu Clinton ‘Fear’ Loomis yang percaya diri mengandalkan bakat para pemain EG.
Kejutan pertama dalam EPICENTER Moscow 2017 dalah pick hero Earthshaker untuk Syed ‘Suma1L’ Hassan yang mengisi pos mid lane. Earthshaker sudah cukup lama keluar dari meta, dan kalau pun terpilih ia lebih sering mengisi posisi off lane bukan mid lane.
Kejutan ini membuat tim Invictus Gaming kewalahan dan pusing bukan kepalang. Terbukti dengan skor akhir 28 kill berbanding 3, Suma1L mendominasi dengan torehan 16 Kill dan 0 death, menjadikannya mendapat Beyond God Like kill streak.
Kejutan selanjutnya muncul saat EG berhadapan dengan Clutch Gaming (CG). Cr1t kembali memberanikan diri untuk memberikan hero Ancient Apparition bagi Suma1L di mid lane. Hal ini sangat mengejutkan di mana Ancient Apparition jarang sekali muncul di meta dan hanya di pick saat menghadapi musuh spesifik seperti Alchemist atau Slark. Yang lebih mengejutkan lagi Ancient Apparition adalah hero yang terkenal sebagai hero hard support!
Skor akhir 23 kill berbanding 9 yang dimenangkan oleh EG. Suma1L menyumbangkan skor 15 kill dan 2 death menjadikannya kembali mendapatkan Beyond God Like kill streak. Lebih unik lagi Suma1L berhasil mencatatkan perolehan gold per minutes (GPM) tertinggi sepanjang sejarah pertandingan profesional Dota 2 bagi hero Ancient Apparition! Pencapaian yang luar biasa untuk hero off meta yang unjuk gigi di turnamen profesional!

Strategi apik ini membawa EG menjuarai klasemen group B dengan 4 kemenangan bersih dan hanya kalah dalam satu permainan melawan Planet Odd. Apabila EG dapat terus menjaga penampilannya seperti ini, banyak pihak menyakini EG akan dengan mudah merebut titel juara EPICENTER Moscow 2017.
Apakah kamu juga berpikiran EG akan memenangkan EPICENTER Moscow 2017 kali ini menggunakan strategi hero off meta? Share pendapatmu di kolom komentar ya!
Diedit oleh Arya W. Wibowo