Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel GGWP lainnya di IDN App

Kehadiran taunting dalam sebuah kompetisi merupakan bumbu yang bisa menambah warna dan rasa kompetitif dari sebuah pertandingan, termasuk di esports.

Namun kerap sekali taunting disalahartikan dan menjadi hal yang justru berupa sesumbar subjektif, tanpa ada landasan objektif atau kenyataan.

Jika diartikan ke Bahasa Indonesia, taunting berarti mengejek, mencemooh. Lebih spesifik untuk ranah esports, taunting berarti mengejek lawan, atau mencemooh lawan.

Dengan adanya taunting, salah satu yang diharapkan adalah lawan menjadi down atau kurang percaya diri. Bisa juga untuk menambah perseteruan antara dua pemain atau dua tim.

Karena dalam artian mengejek, kerap sekali taunting yang dilakukan dinilai merendahkan lawan. Jika memang yang diucapkan adalah sebuah fakta, mungkin tidak menjadi masalah.

Namun yang kerap terjadi dalam taunting belakangan ini adalah sesumbar berdasarkan kemauan atau keinginan seseorang atau sebuah tim, sehingga yang hadir bukanlah sebuah fakta.

Ambil contoh, seorang pemain mengatakan bahwa lawan yang akan dihadapi bukanlah lawan mudah dan dia akan melumat habis lawannya. Tetapi dalam catatan objektif, lawan yang akan dihadapi saat ini sedang menjadi pemuncak klasemen.

Hal tersebut tentu lebih tepat disebut sebagai sesumbar dibandingkan dengan taunting.

Satu contoh yang bisa menjadi contoh taunting adalah ketika lawan yang dihadapi sedang melewati masa sulit dengan 3 kali lose streak, pemain tersebut mengatakan, “Melihat kondisi lawan yang saat ini 3 kali lose streak, kami akan menambahkan lose streak mereka menjadi empat kali.”

Sebuah pernyataan yang tentu akan sangat objektif dan lebih cocok menjadi sebuah taunting.

Apakah artinya tim yang sedang berada di bawah tidak bisa melakukan taunting? Tentu tidak. Tim yang sedang dalam keadaan lose streak juga bisa melakukan taunting ke lawan yang lebih kuat yang akan dihadapi.

Tetapi tentunya akan lebih terbatas karena melihat objektif saat itu. Selain itu, taunting yang dilakukan oleh sebuah tim atau pemain tentunya akan menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi bisa mengenai lawan, tapi di sisi lain juga bisa melukai diri sendiri.

Ada satu rujukan taunting yang menarik dari ranah sepak bola yaitu dari seorang Zlatan Ibrahimovic. Dia bisa melakukan taunting yang secara implisit mengejek lawan dengan memberikan fakta dan data bahwa dia sudah mendapatkan banyak trophi.

Juga taunting yang dilakukan oleh Jose Mourinho dengan memaparkan fakta bahwa dia sudah berhasil meraih semua trophi tingkat tim, dan bahkan membandingkan Raihan trophi dia secara individu dengan banyak manager lain dalam durasi waktu tertentu.

Satu hal unik lainnya adalah bagaimana reaksi dari fans atau penonton dari skena esports itu sendiri.

Adanya taunting antar pemain atau tim, adalah bumbu dalam sebuah pertandingan. Bukan hal yang harus dimasukkan ke dalam hati dan ditelan mentah-mentah.

Tidak jarang terjadi sebuah taunting justru membuat fans tersinggung. Dan ketersinggungan tersebut malah menjadi “senjata” untuk menjatuhkan atau mendiskreditkan pemain atau tim.

Jadi perlu pembelajaran juga bagi para fans untuk memahami sebuah taunting adalah hal yang sewajarnya menjadi bumbu, bukan untuk dibalikkan menjadi hujatan atau cemoohan.

Topics

Editorial Team