Mushi, Pro Player Dota 2, Tampil di Buku Pelajaran Sekolah Malaysia!

Mushi tampil di sebuah buku pelajaran di Malaysia. Siapa di antara kalian penggemar Dota 2 yang tidak mengetahui nama Mushi? Jangan menyebut diri kalian sebagai penggemar Dota 2 jika tidak mengetahui Mushi.
Pria bernama asli Chai Yee Fung ini adalah salah satu atlet Dota 2 asal SEA tersukses sepanjang sejarah yang menjadi legenda. Mushi mencetak banyak pencapaian besar sepanjang karirnya.
Beberapa yang terbesar adalah membawa tim Malaysia, Orange Esports menjadi peringkat ketiga di The International 3, membawa Team DK menjadi peringkat keempat di The International 4, menjadi peringkat keempat di The International 6 bersama Fnatic, dan memenangkan DAC 2018 bersama Mineski.
Pada masa jayanya,Mushi ditakuti sebagai salah satu carry dan midlaner yang paling sulit dikalahkan di lane. Karena hal ini, Mushi juga dijuluki oleh komunitas sebagai “Sang Pemerkosa” karena jika kalian menghadapi Mushi di midlane kalian harus bersiap dibantai oleh Mushi.
Mushi juga menjadi atlet esports terkaya ketiga di Malaysia. Ia hanya kalah dari dua kompatriotnya, yaitu xNova dan MidOne di daftar atlet esports terkaya di Negeri Jiran itu.
Karena pencapaiannya yang luar biasa dan menjadi salah satu pionir dari industri esports Malaysia, Mushi sangat dihormati di Malaysia. Ia bahkan pernah tampil di sebuah iklan edisi khusus dari RHB Bank pada Tahun Baru Imlek tahun lalu.
Mushi Tampil di Buku Pelajaran Bahasa Melayu di Malaysia

Kasus yang paling baru adalah ditampilkannya Mushi di salah satu buku pelajaran di Malaysia. Salah satu redditor, yaitu /u/thisaintthewayman membagikan kejadian unik ini di Reddit.
Disebutkan bahwa Mushi ditampilkan dalam sebuah buku pelajaran Bahasa Melayu. Mereka menjelaskan definisi singkat dari MOBA di bagian yang menampilkan Mushi sebagai gambar peraga tersebut.
Hal ini juga menjadi bukti bahwa esports sudah tidak lagi dipandang sebelah mata di Malaysia. Esports bahkan mulai masuk dan dijelaskan di buku pelajaran sekolah Malaysia.
Menurut kalian, berapa lama lagi Indonesia akan mulai berani untuk memasukkan elemen esports ke dalam buku pelajaran atau kurikulum secara terbuka?