Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

[OPINI] Haruskah Pro Player Tidak Diperbolehkan Main Media Sosial saat Ikut Turnamen?

Perdebatan mengenai, haruskah seorang pro player tidak diperbolehkan main media sosial saat ikut turnamen, memang sempat jadi pembahasan hangat.

Tentu, pembahasan tersebut muncul karena ada tim yang diketahui menggunakan cara tersebut. Diketahui, roster yang sedang mengikuti turnamennya, tidak diperbolehkan membuka media sosial.

Namun sebenarnya, apakah larangan tersebut pantas untuk dilakukan? Well, kita bahas dan jabarkan di sini yuk!

Haruskah Pro Player Tidak Diperbolehkan Main Media Sosial saat Ikut Turnamen?

pexels.com

Sebenarnya, peraturan larangan tersebut memang menuai berbagai tanggapan, dari eks player hingga fans. Kini, saya pun mau membagikan opini saya mengenai hal tersebut.

1. Perdebatan dimulai saat diketahui bahwa ada tim yang melarang rosternya membuka media sosial

Untuk saat ini, tim yang diketahui melakukan hal ini adalah EVOS. Informasi tersebut terlontar ketika Clover, salah satu rosternya diwawancarai sesudah pertandingan di salah satu match EVOS di MPL ID S10.

Clover mengatakan bahwa manajemen melarang semua pemainnya untuk membuka media sosial. Nantinya, media sosial mereka pun akan dipegang oleh sang manajer, yaitu EVOS Soa.

2. Apa sih tujuan dari larangan ini?

Dilansir dari wawancara Clover tersebut, diketahui ada tujuan tertentu kenapa larangan tersebut dikeluarkan. Salah satu tujuan utamanya adalah agar mental roster yang sedang ikut bertanding tidak turun, ketika melihat komentar dari netizen.

Kita tahu sendiri, jika netizen pasti akan berbondong-bondong meninggalkan komentar mereka di akun para pemain. Komentar itu pun tentunya beragam. Jika tim menang, maka kebanyakan komentarnya berisi pujian. Namun, jika tim sedang kalah, maka komentarnya pun berisikan hujatan.

3. Lalu, apakah larangan tersebut haruskah dilakukan dan diadakan?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, sebenarnya saya mengerti apa yang ingin dicapai oleh manajemen ketika hal tersebut dilakukan. Namun di sisi lain, saya juga harus melihat kondisi dari rosternya sendiri.

Jika saya melihat dari pernyataan Clover mengenai tujuan manajemen mengenai larangan tersebut, saya mengerti kenapa hal itu dilakukan. Pasalnya, manajemen bisa kewalahan jika ada pemain yang malah down ketika melihat komentar hujatan di media sosialnya. Di sisi lain, manajemen juga bisa mendapatkan masalah, jika sang roster terlalu terlena dengan pujian yang dikeluarkan oleh netizen.

Nah, untuk menghindari hal tersebut, mungkin manajemen akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan kebijakan tersebut. Lalu, bagaimana dengan sisi pemain?

Menurut saya, kebijakan tersebut tentu akan berbeda impact-nya pada setiap roster. Jika memang rosternya sudah biasa untuk tidak bermain media sosial, ia pun tidak akan masalah dengan kebijakan itu. Namun, jika ada roster yang memang menemukan hiburannya di media sosial, itu bisa jadi problem.

Kenapa? Karena, roster tentu harus punya jam hiburannya sendiri. Tak mungkin, jika roster terus-terusan diajak untuk latihan tanpa ada jeda untuk diri sendiri. Menurut saya, itu bukanlah tindakan yang baik. Pasalnya, roster malah bisa menjadi stres dan permainannya pun tidak akan maksimal.

Lalu, bagaimana sih solusinya? Apakah ada solusi lain yang bisa dilakukan untuk hal ini?

Menurut saya sendiri, solusinya ada dua. Pertama, mungkin bisa memberikan porsi bermain media sosial kepada rosternya. Sehingga, mereka nggak sepenuhnya dilarang, namun hanya diberikan batas membuka media sosialnya saja. Kedua, mungkin harus ada pelatih mental yang bisa membantu emosional roster, sehingga mereka nggak gampang terlena atau down ketika melihat pujian serta hinaan dari netizen.

Namun, perlu diketahui, kebijakan tersebut bisa saja sudah dimasukkan ke dalam kontrak pemain masing-masing. Sehingga, jika pemainnya sudah menyetujui kontrak tersebut, mau tidak mau, ia pun harus tunduk terhadap kebijakan manajemennya itu.

Well, kalau menurut kamu, bagaimana nih? Perlu diingat, bahwa artikel ini hanya berisikan pendapat penulis saja. Jika ada yang setuju atau pun tidak, atau malah bisa memberikan solusi lain, feel free untuk tulis di kolom komentar ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Valya Annisya
EditorValya Annisya
Follow Us