Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

OPINI: Memprediksi Pengaruh Restreamer Esports di Tahun 2025

Pengaruh restreamer esports di tahun 2025 patut kita pantau, mengingat dampak besar yang mereka bawa ke dalam scene ini pada tahun 2024.

Restreamer membantu lebih banyak fans esports terhubung dengan turnamen game favorit mereka dengan cara yang unik dibandingkan stream official.

Restreamer biasanya digawangi oleh seorang public figure dengan jumlah follower yang besar; dimana mereka ikut menayangkan sebuah turnamen esports.

Tayangan restreamer ini membawa perspektif berbeda karena pertandingan dinarasikan oleh sosok public figure yang disukai oleh fans.

“Co-streaming (restreaming) menjadi kekuatan besar di tahun 2024, sehingga dibutuhkan inovasi dari streaming resmi agar membuat penonton tetap antusias,” kata Artyom Odintsov, CEO Esports Charts kepada Esports Insider.

Mari kita melihat dampak dari para restreamer di tahun 2024, serta apa yang bisa mereka tawarkan di tahun 2025.

Pengaruh restreamer esports di tahun 2025

1. Data penonton 2024 yang menjanjikan

R7 Tatsumaki
R7 Tatsumaki

Pada tahun 2024 kemarin, restreaming menjadi aktivitas yang cukup meledak dan membantu viewership dari turnamen esports utama.

Ambil contoh pada turnamen Worlds-nya League of Legends. Pada tahun 2022, restreaming mengambil pangsa 2.4% dari total jam ditonton.

Worlds 2023 mencatatkan tren positif dengan pangsa 32.8%. Ledakan ini juga bisa dijaga momentumnya di Worlds 2024, dengan 45.8% jam ditonton berasal dari restreaming.

Rekor viewership MPL ID S14 juga terbantu oleh streamer seperti Ade Setiawan, dimana di minggu terakhir bulan Oktober 2024 berhasil menyumbang 2,9 juta jam ditonton.

Tak hanya Mas Ade saja, streamer seperti R7 hingga Jonathan Liandi bisa mengalahkan iShowSpeed di periode yang sama.

Tak hanya di LoL dan MLBB, tren restreaming juga bisa diamati di cabang esports lain seperti VALORANT, CS2, Dota 2, HOK, dan masih banyak lagi.

2. Kebiasaan penonton esports berubah

GGWP
GGWP

Meningkatnya tren restreaming ini bisa ditenggarai oleh banyak hal, dan salah satunya adalah perubahan kebiasaan penonton esports itu sendiri.

Di masa lalu, para restreamer berada di posisi yang dirugikan. Metrik penonton mereka dipengaruhi oleh turnamen esports apa saja yang bisa mereka tayangkan.

Namun dengan meningkatnya profil para restreamer ini, para penonton esports lebih tertarik menonton sebuah turnamen jika ditayangkan oleh streamer favorit mereka.

Selain itu, turnamen esports juga mengakomodir tren ini dengan memberikan izin yang lebih lenggang untuk melakukan restream turnamen mereka.

Kini, viewership sebuah turnamen dipengaruhi oleh restreamer. Jika seorang restreamer tidak menayangkan sebuah turnamen, maka angka viewership turnamen itu akan anjlok.

Karena itu, sangat penting untuk menjaga simbiosis mutualisme antara restreamer dan turnamen esports agar kedua pihak bisa mencapai tujuan masing-masing.

3. Restreamer: pedang bermata dua?

Kaela Kovalskia
Kaela Kovalskia

Dmytro Murko dari Esports Charts menilai ada hal yang harus diperhatikan bagi restreamer dan juga turnamen esports di tahun 2025, yaitu seputar brand komersial.

“Mereka (restreamer dan turnamen esports) bersaing untuk menarik perhatian sponsor, dan ada potensi terhadap konflik di masa depan,” ujar Murko.

Tentu saja ini adalah hal yang wajar, karena sponsor akan mengejar keuntungan dimanapun itu berada.

Apabila mensponsori restreamer lebih menguntungkan, maka sponsor akan pergi ke sana. Begitu pun sebaliknya, apabila turnamen esports terbukti bisa mendatangkan keuntungan.

Saat ini, sponsor dari restreamer di Indonesia masih didominasi situs top up. Bukan tidak mungkin jika di masa depan akan ada brand besar yang menaruh uang mereka di sana.

Karenanya, di tahun 2025 ini, restreamer dan turnamen esports harus lebih waspada dengan segala tantangan, sekaligus meneruskan hubungan positif mereka.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mecca Medina
EditorMecca Medina
Follow Us