Kesukaan Rama bermain Gran Turismo berujung pada partisipasinya di GT Academy, kontes pencarian bakat pembalap yang diadakan oleh Sony dan Nissan.
“Gue tahu GT Academy itu dari tahun 2010, mungkin 2009 ya, dari gen 1 angkatannya Lucas Ordoñez,” jelas Rama.
“Gue dari dulu selalu bercita-cita, kira-kira bakal ada nggak ya GT Academy di Indonesia? Akhirnya di 2015, Nissan Indonesia bikin Nissan GT Academy di Indonesia,” lanjutnya.
Rama menjelaskan proses seleksinya yang sangat ketat. Dimulai dair roadshow di beberapa kota, 20 orang terpilih disaring dalam audisi di Sirkuit Internasional Sentul Bogor.
20 orang tersebut kemudian disaring lagi menjadi 6 orang yang mewakili Indonesia untuk main event di Sirkuit Silverstone Inggris.
Di sana, Rama dan finalis Indonesia lainnya dilatih oleh mentor Indonesia yaitu pembalap Sean Gelael, aktor Hamish Daud dan juri Nissan GT Academy Rob Barff.
“Tiap hari kita dieliminasi, sampai last day gue jadi yang terakhir dari Indonesia. Terus tanding lawan negara Asia lain kayak Filipina, Thailand, Jepang, dan India,” kenangnya.
Bagi Rama, saat dimana dia masuk ke GT Academy, dia sudah tidak lagi bermain game. Pasalnya, di sana ia digembleng untuk menjadi seorang pembalap betulan.
“Tes di sana juga ketat, nggak cuma nyetir beneran tapi ada tes fisik yang lebih ketat lagi dibanding di Indonesia. Ada tes interview juga, ngmong di depan kamera,” jelas Rama.
Rama beruntung karena sebelum berangkat ke Inggris, ia sudah menjalani latihan fisik yang cukup intens mulai dari gym hingga lari.
“Waktu itu walau cuma jadi juara 2 se-Asia, tapi itu udah puas banget buat pencapaian gue bisa balapan di Silverstone waktu itu,” ujarnya bangga.