Dianggap Terlalu Mudah, ScreaM Minta Riot Meningkatkan Tingkat Kesulitan Valorant!

Pernyataan yang cukup menarik dilontarkan oleh eks pemain CS:GO yang kini menjadi pemain Valorant untuk Team Liquid , Adil Benrlitom alias ScreaM. ScreaM menyatakan bahwa dirinya menginginkan Riot Games untuk meningkatkan tingkat kesulitan Valorant.
Pemain yang berjuluk “The Headshot Machine” ini membagikan keluhan tentang tingkat kesulitan Valorant di Twitter miliknya.
ScreaM berharap kalau tembak-menembak standar di Valorant bisa dibuat lebih relevan lagi. Ia mengungkapkan kalau beberapa aspek seperti pergerakan yang lambat, tagging, dan aim punch di Valorant dianggapnya sebagai hal yang “gila”.
Ia juga mengatakan kalau hal-hal ini membuat permainan menjadi terlalu mudah untuk semua orang. ScreaM beranggapan kalau beberapa perubahan bisa membuat permainan bisa lebih seimbang dan lebih “berskill“.
Tak hanya ScreaM, keluhan terhadap tingkat kesulitan Valorant ini juga dikeluhkan oleh sesama pemain Valorant profesional yang juga eks pemain CS:GO, Damian Steele alias Daps.
Daps juga mengeluhkan mekanik Valorant yang terlalu mudah dan berharap Riot mau menambah kesulitan dari Valorant.
Keluhan ScreaM dan Daps ini cukup masuk akal. Jika dibandingkan dengan CS:GO yang menjadi lahan pekerjaannya dulu, Valorant memang tidak membutuhkan skill mekanik menembak seekstrem CS:GO berkat adanya skill yang dimiliki setiap Agent dan beberapa aspek yang telah disebutkan sebelumnya (tagging dan lain-lain).
Berbeda dengan CS:GO yang murni mengadu kekuatan menembak, di Valorant kalian bisa memenangkan 1 lawan 1 dengan menggunakan skill Agent kalian (kalau kalian memakai duelist) meskipun kemampuan menembak dan aiming kalian medioker.
Sebenarnya jika Riot memutuskan untuk meningkatkan kesulitan dari Valorant seperti keinginan ScreaM dan Daps, ada kemungkinan kalau skena kompetitif Valorant akan lebih ketat dari saat ini.
Jika hal ini diimplementasikan, pemain profesional dengan mekanik lebih rendah akan kesulitan dan lama kelamaan akan tersingkir dari skena kompetitif.
Akan tetapi, ada pula risiko jika Valorant dibuat lebih sulit. Risikonya adalah Valorant akan kesulitan untuk menjaring atau mempertahankan pemain-pemain baru karena tingkat kesulitan yang tinggi.
Gim tersukses Riot, yaitu League of Legends bisa terus mempertahankan pemain salah satunya adalah karena tingkat kesulitannya yang relatif lebih mudah dibandingkan dengan rival mereka, khususnya Dota 2.
Salah satu faktor kemerosotan Dota 2 adalah gameplay yang dari tahun ke tahun malah semakin sulit sehingga tak ramah bagi pemain baru. Riot harus siap mengambil risiko ini jika mereka ingin menuruti keinginan para pemain profesional ini.
Bagaimana menurut kalian? Apakah menurut kalian Riot harus mencoba untuk membuat Valorant lebih sulit?