Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

OPINI: Cara Agar Worlds Tetap Jadi Turnamen Esports Terbesar di Dunia

Bagaimana cara agar Worlds tetap menjadi turnamen esports terbesar di dunia? Ternyata, ada beberapa cara yang bisa diambil Riot Games.

Worlds 2024 mendapatkan 6,9 juta peak viewer, dimana ini merupakan rekor baru sepanjang sejarah esports Indonesia.

Ada banyak alasan yang mendasari fenomena ini, yang sudah dibahas oleh GGWP dan Esports Charts di sini.

Lalu, bagaimana caranya mempertahankan angka tersebut? Apa yang bisa memastikan Worlds tetap menjadi turnamen esports terbesar di tengan dominasi esports mobile?

GGWP dan Esports Charts memiliki beberapa cara yang mungkin bisa dieksplor oleh Riot Games untuk membuat Worlds semakin meriah.

Artyom Odintsov selaku co-founder and CEO Esports Charts juga memiliki informasi berbasis data untuk memperkuat pandangannya.

Mari kita lihat bagaimana cara agar Worlds bisa mempertahankan gelar turnamen esports terbesar di dunia.

Cara agar Worlds tetap menjadi turnamen esports terbesar di dunia

1. Mencari restreamer dan platform baru untuk ekspansi

Dok. Riot Games

Tak bisa dipungkiri bahwa restreamer atau streamer komunitas menjadi faktor penting dalam sebuah turnamen esports, dan dampaknya tidak boleh diabaikan.

Kita bisa melihat Ade Setiawan mampu mengumpulkan sekitar 5 juta jam ditonton pada bulan Oktober selama playoff MPL ID S14, mengalahkan streamer sekelas IShowSpeed.

Tentunya, Worlds bisa mengintensifkan peran restreamer untuk menjangkau lebih banyak penonton.

Menariknya, Artyom Odintsov telah mengamati tingginya perkembangan para restreamer di scene League of Legends.

“Di Worlds 2023, caster komunitas berkontribusi 32,8% dari total jam tontonan, yang meningkat menjadi 45,9% di Worlds 2024,” papar Odintsov.

Ia juga menambahkan, mencari restreamer dan platform baru merupakan salah satu kunci untuk memberdayakan restreamer League of Legends.

Restreamer baru ini tentunya juga harus memiliki pengalaman dan reputasi yang dipercaya oleh fanbase LoL.

Kembali ke contoh Ade Setiawan, tentu ada alasan kenapa restream dia banyak ditonton oleh fans. Salah satunya karena pembawaan serta pengetahuan yang bisa ia sajikan.

2. Jam tayang menyesuaikan penonton di Asia dan Korsel

Dok. Riot Games

Satu hal lain yang nampak sepele tapi sangat penting untuk mengumpulkan massa yang besar adalah dengan menentukan jam tayang yang tepat.

Apakah kamu tahu kenapa beberapa balapan Formula 1 diadakan pada malam hari di negara Singapura?

Jawabannya adalah untuk menyesuaikan dengan jam nonton fans Formula 1 di belahan bumi lainnya yang biasa menonton di siang hari.

Odintsov memaparkan, final Worlds 2023 mendapatkan 2 juta penonton di Korea Selatan, sementara Worlds 2024 mendapatkan 1,6 juta penonton saja.

Padahal, kondisi kedua babak final tidak jauh berbeda, dengan menampilkan T1 melawan tim asal Tiongkok. Beda 400 ribu penonton tentu bukan angka kecil. Jadi apa alasannya?

“Perbedaannya sebagian besar berasal dari masalah zona waktu; ketika final di London dimulai, saat itu hampir tengah malam di Seoul,” ungkap Odintsov.

“Pertandingan antara T1 dan Bilibili berlangsung selama lima game, dan tidak semua penonton Korea dapat begadang sepanjang malam,” ujarnya secara eksklusif ke GGWP.

Untungnya, defisit tersebut bisa ditutupi oleh antusiasme dari penonton di regional lain sehingga rekor baru bisa dicapai.

Bagaikan scene MLBB yang bergantung pada penonton Indonesia, saat ini LoL sangat bergantung pada penonton Korea Selatan sehingga basis ini harus dimaksimalkan.

3. Kesimpulan

Dok. Riot Games

Berdasarkan faktor-faktor di atas, kita sudah tahu apa yang bisa dilakukan oleh Riot Games untuk memastikan Worlds tetap menjadi turnamen esports terbesar di dunia.

Pertama, adalah dengan memaksimalkan salah satu fanbase terbesar LoL di dunia, yaitu Korea Selatan.

Hal ini bisa dilakukan dengan cara all in memenuhi kebutuhan fanbase, sesederhana menjalankan pertandingan di waktu yang sesuai dengan zona waktu mereka.

Kemudian, Riot Games bisa menggaet streamer populer untuk melakukan restream atau acara nobar di channel mereka.

Strategi yang dilakukan MPL dengan influencer populer, hingga HOKC yang bekerja sama dengan hololive Indonesia sangat bisa untuk dicoba oleh Riot Games.

Di Indonesia sendiri seyogiyanya strategi ini mulai dicoba, dengan adanya offline viewing party di Stark Taproom Senayan Jakarta.

Namun, langkah-langkah di atas sendiri tidak menjamin Worlds akan tetap memecahkan rekor setiap tahunnya.

Hasil dari turnamen Words itu sendiri, seperti tim mana saja yang lolos ke babak final, akan menjadi penentu dari viewership Worlds.

Bagaimana menurut kamu sendiri? Apakah masih ada hal yang bisa diulik oleh Riot Games untuk mendapatkan lebih banyak penonton Worlds?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mecca Medina
EditorMecca Medina
Follow Us