Indonesia menjadi pasar game terbesar di Asia Tenggara, dan ke-17 di dunia. Dengan total 43,7 juta gamer, pada tahun 2020 saja pendapatan dari sektor game bisa mencapai Rp 24 triliun. Namun, hanya 5% saja yang berasal dari game lokal.
Apa penyebabnya? Salah satu alasannya, game Indonesia sulit bersaing di dalam negeri yang masih dikuasai game seperti MLBB dan PUBG. Apalagi di masa pandemi seperti ini, beberapa studio game yang berorientasi B2B terkena dampak yang sangat besar. Selain itu, studio lokal juga lebih mengincar pasar luar negeri dimana pendapatan mereka bersumber.
Kesulitan developer game lokal bersaing di dalam negeri juga bisa diatribusikan ke kurang sesuainya game dengan selera pasar. “Dari sisi market research banyak developer yang membuat game yang mereka sukai, bukan yang market sukai,” mengutip keterangan dari CEO Toge Productions Kris Antoni.
Karena alasan inilah, Kemenparekraf mencanangkan beberapa program yang bertujuan memajukan studio game Indonesia. Program seperti Game Prime yang berisi conference dan class tentang game dev, turnamen esports, hingga ekshibisi game lokal bisa menarik banyak perhatian masyarakat.
Selain itu, program lainnya yang dicanangkan diantaranya ada masterclass dan ikubator untuk game developer, GELORA (Game Lokal Kreasi Indonesia), hingga Archipelageek yang mengirimkan developer game ke Gamescom Eropa untuk mempromosikan game mereka dan mencari business deal yang total nilainya bisa mencapai USD $ 6 juta.
“Satu hal yang perlu kita ingat, Indonesia ini gede banget, penduduk kita sepertiga dari total penduduk ASEAN. Pendapatan per kapita kita juga lumayan, jadi konsumsi kita gede banget,” tambah Ricky.
“Gamedev Indonesia jangan takut (menjual game di Indonesia) karena kita lebih paham keadaan di Indonesia. Ini momen untuk terus berkembang. Potensinya gede banget dan sekarang waktu yang tepat untuk masuk ke industri game,” tutupnya.
Gelaran conference BGP 2021 disiarkan secara live melalui channel YouTube AGI tanggal 6 Agustus 2021.