Dianggap Mahal, CEO Ubisoft Sebut Skull and Bones Game Kualitas AAAA

Diprotes oleh banyak pemain, CEO dari Ubisoft Yves Guillemot menganggap harga 70 Dolar untuk Skull and Bones sebagai game AAAA itu wajar.
Sudah tidak jarang kita melihat harga game yang terus meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir ini saja, harga game di Steam sudah mulai lepas dari sistem bernama regional pricing yang didesain untuk menyesuaikan harga di negara tertentu.
Selain itu juga, para publisher mulai menganggap bahwa harga kisaran 60 Dolar dirasa terlalu murah untuk sebuah pengembangan yang memakan waktu. Hal ini mulai menjadi sebuah efek domino yang perlahan menyerang para konsumen.
Dan kali ini, Ubisoft mematok Skull and Bones di harga 70 Dolar, menambahkan bahwa game ini memiliki kualitas AAAA atau melebihi AAA.
70 Dolar dan live-service? Tentu game berkualitas AAAA!
Seperti biasanya, sang CEO Ubisoft yang dibenci oleh para gamer Yves Guillemot mulai bertindak defensif terhadap game terbaru mereka. Menurut sang CEO, game ini patut disebut sebagai game dengan standar AAAA. Benar, bukan AAA, melainkan AAAA!
“Kalian akan melihat bahwa Skull and Bones adalah sebuah game yang sempurna. Game ini memiliki skala yang sangat besar dan kalian akan menyadari betapa luas dan lengkapnya game ini. Ini bukan lagi AAA, melainkan AAAA,” Sebut Guillemot.
Namun, mengingat game ini sejatinya merupakan sebuah live service dengan harga yang sangat mahal, para gamer tentu merasa sangat skeptis.
Dengan harga 70 Dolar, para gamer jelas akan berpikir mereka bisa mendapatkan game lebih baik dibanding Skull and Bones tanpa ada embel-embel live service yang menghantui.
Kamu tidak memiliki apa yang kamu beli.

Satu hal yang sangat mengkhawatirkan dari Skull and Bones adalah fakta bahwa ini merupakan game always online. Sekalipun kalian memainkan game secara single-player, game ini mewajibkan kalian untuk terus tersambung ke server Ubisoft.
Melihat kasus-kasus lama, game seperti ini merupakan salah satu yang paling sulit untuk dipreservasi. Saat sang publisher menganggap game ini gagal dalam meraup keuntungan, server bisa saja dimatikan dalam waktu dekat.
Dampaknya pun sangat merugikan para konsumen. Setelah server mati secara permanen, para gamer pun tidak bisa lagi mengakses game yang mereka beli. Hal ini sudah mulai kita lihat melalui salah satu game Ubisoft berjudul The Crew.
Sumber: PCGamer