Indonesia Punya Kans Untuk Kuasai Pasar Game Asia Tenggara

Industri game Indonesia berkembang pesat belakangan ini dari sisi kualitas game dan kuantitas penjualan. Meskipun demikian, industri game Indonesia masih punya banyak PR untuk mengejar industri negara lain di Asia Tenggara.
Saat ini, industri game Indonesia masih belum mampu mencapai level unicorn layaknya GoTo atau Traveloka. Total pendapatan dari perusahaan game Indonesia masih berada di level UMKM.
Seperti apa kondisi industri game Indonesia saat ini? berikut penjelasannya.
Kesempatan game Indonesia di pasar Asia tenggara
Kabid Atlet, Prestasi, dan IT PBESI sekaligus Ketua II Piala Presiden Esports 2022 Ricky Setiawan mengungkap bahwa sebelum bersaing dengan pasar game di negara besar seperti Tiongkok, Amerika Serikat, atau Inggris, industri game Indonesia harus mulai membangun pondasi kuat di Asia Tenggara.
“Kita lihat negara tetanggan kita Vietnam. Penduduk Vietnam 90 juta dengan mobile penetration 70%, GDP per kapita USD 2700, saat ini punya 3 perusahaan unicorn dari industri game,” ungkap Ricky dalam acara media talk Piala Presiden Esports 2022.
Ketiga perusahaan unicorn tersebut adalah VNG, Amanotes, dan Sky Mavis. “VNG pendapatannya USD 260 juta (Rp 4 trilliun) per tahun,” sambung Ricky.

Ricky kemudian membandingkan kondisinya dengan di Indonesia. “Jumlah penduduk Indonesia 270 juta dengan mobile penetration di atas 100%, GDP per kapita USD 3800. Berdasarkan yang disurvei Kemenkominfo tahun 2021, semuanya masih masuk kategori UMKM dengan pendapatan di bawah Rp 100 miliar,” jelasnya.
Ricky sendiri agak menyayangkan bahwa dengan statistik di atas, industri game Indonesia masih berada di kategori UMKM dan belum bisa mencapai status unicorn. “Ada sesuatu yang salah yang harus kita perbaiki bersama. Kita juga harus bisa dan dukung terus gamedev Indonesia,” tutupnya.