Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Punya Andil di Kasus Brandoville, Jeremy Anandajoo Minta Maaf Pada Korban

Jeremy Anandajoo minta maaf kepada korban yang terdampak oleh Brandoville Studios atas keterlibatannya dalam kasus kekerasan dan pelecehan di studio tersebut.

Jeremy merupakan seorang lulusan Limkokwing University of Creative Multimedia tahun 2013, yang bekerja sebagai lead artist dan instruktur di Brandoville.

Ia terlibat dalam beberapa proyek animasi dan game, diantaranya ada gen:LOCK, Boruto, Hanazuki, Hogie and the Globehoppers, Lolirock dan lain-lain.

Nama Jeremy muncul dalam dokumen Canva yang dilirilis oleh satu mantan karyawan Brandoville yang saat ini mengalami trauma fisik dan psikis.

Dokumen tersebut menyebut Jeremy menjadi bagian dalam tindakan kekerasan dan pelecehan yang dilakukan oleh COO Cherry Lai, baik itu dalam bentuk pembiaran hingga terlibat secara langsung.

Dokumen jabarkan keterlibatan Jeremy Anandajoo dalam kasus Brandoville Studios

Canva

Nama Jeremy setidaknya disebutkan beberapa kali dalam dokumen Canva yang dirilis oleh korban Brandoville Studio tersebut (seterusnya akan kita sebut sebagai A).

Dalam satu momen, A dipaksa untuk mengikuti pelatihan Unreal Engine di Brandoville Academy dengan biaya Rp 3,5 juta per bulan.

Jeremy ditunjuk sebagai instruktur Unreal di pelatihan tersebut. Alih-alih mendapatkan pelatihan, A sama sekali tidak mempelajari apapun soal Unreal Engine.

A dan peserta lain pada akhirnya hanya mendapatkan tugas film pendek, dimana A mengerjakan konsepnya, murid lain mengerjakan model 3D, dan Jeremy meng-handle Unreal Engine.

Pada momen lainnya, A dan Jeremy diminta oleh Cherry untuk membawa paket besar berisi mainan Disney dari Hongkong untuk dibawa ke Jakarta, yang akan diberikan kepada karyawan Brandoville untuk memenangkan hati mereka (sesuai dengan pernyataan satu mantan pegawai Brandoville).

Meskipun Jeremy sudah 3 kali mengunjungi Hongkong bersama Cherry, ia kerap kali menuntun A ke jalan yang salah sehingga mereka kehilangan banyak waktu berharga.

Setelah paket tersebut tiba, Cherry memberikan A mainan Buzz Lightyear besar kepadanya, sementara Jeremy mendapatkan kantong oleh-oleh dari Okinawa, Jepang.

Ukuran mainan itu lebih besar dari tubuh A, sehingga ia kesulitan membawanya. Ia beberapa kali jatuh saat membawanya kembali ke hotel, namun Jeremy seakan tidak peduli dan terus berjalan.

Jeremy juga dengan sengaja menuntun A ke jalan pintas yang bergelombang tanpa memperingati A, sehingga kaki A terluka dan bengak sesampainya di Indonesia.

Salah satu momen traumatis antara A dan Jeremy adalah saat Jeremy datang ke rumah A untuk melakukan pengancaman.

Jeremy juga pernah mengirimkan paket mencurigakan melalui Grab Express ke rumah A. A mengetahui hal tersebut karena Jeremy memasukkan nomornya sebagai penerima.

Setidaknya sudah 5 kali kejadian dengan Grab Express terjadi. A bekerja sama dengan para driver dan pihak Grab untuk membatalkan pengiriman dan memblokir Jeremy dari layanan tersebut.

Kejadian tersebut sangat berdampak bagi A dan keluarganya, karena Cherry mengirimkan ancaman pembunuhan kepada mereka selama beberapa tahun terakhir.

Jeremy Anandajoo minta maaf kepada korban Brandoville Studios

X

Melalui akun X pribadinya pada 12 September 2024, Jeremy Anandajoo menyampaikan permintaan maafnya kepada A dan para korban yang terdampak di Brandoville Studios.

“Saya ingin meminta maaf atas tindakan dan kealpaan saya yang menjadi bagian dari lingkungan kerja toksik di bawah kendali Cherry Lai,” tulis Jeremy.

“Saya menyesali andil saya dalam pembiaran atmosfir berbahaya tersebut, dan saya akan bertanggung jawab atas keterlibatan saya di dalamnya,” lanjutnya.

Jeremy kemudian menjelaskan bagaimana ia juga menjadi korban dari tindakan semena-mena yang dilakukan oleh Cherry.

Ia dipaksa untuk bekerja tanpa gaji dan kontrak, dibentak karena kesalahan kecil, dimanipulasi secara mental, dan diperalat secara finansial.

Pengakuan Jeremy di atas setidaknya sejalan dengan dokumen Canva dari A, yang menyebutkan Jeremy beberapa kali dipaksa oleh Cherry untuk melakukan beberapa hal di luar keinginannya.

Diantaranya adalah membuat surat pemanggilan paksa kepada A, hingga memaksa pegawai lain untuk meminjamkan uang kepada A untuk melunasi hutang A kepada Cherry.

“Saya mengetahui tindakan self-harm yang terjadi kepada A, namun saat dampak dari kekerasan fisik yang ia alami terkuat, membuat saya terkejut. Jika saya mengetahui semua ini, saya tidak akan tinggal diam,” lanjut Jeremy.

“Apabila pihak berwajib dan pihak lainnya meminta keterangan dari saya, saya akan membantu dengan apapun yang saya bisa. Saya tidak mencari pengampunan, namun saya akan bertanggung jawab atas semua perbuatan saya,” sambungnya.

Selain permintaan maaf di atas, Jeremy juga menyatakan bahwa dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Lailai Studios, studio baru yang didirikan oleh CEO Ken Lai dan Cherry.

Permintaan maaf Jeremy ditanggapi dingin oleh netizen dan juga kerabat korban, yang berharap Jeremy segera melakukan tindakan nyata alih-alih menulis Tweet di X.

Beberapa netizen melihat permintaan maaf Jeremy tidak tulus, dan hanya sebatas tindakan cuci tangan untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Sebagian rekan kerja Jeremy juga menyayangkan keterlibatan Jeremy, dimana sebelum kasus ini mengemuka Jeremy disebut masih cukup vokal menyuarakan perbedaan pendapatnya dengan Cherry dan Ken.

Sampai artikel ini ditulis, baik Ken dan Cherry belum memberikan pernyataan terkait kasus yang menyeret nama mereka.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mecca Medina
EditorMecca Medina
Follow Us