[OPINI] Kemunculan Parakacuk Tekankan Pentingnya Sistem Rating IGRS

Kemunculan game Parakacuk gak cuma membuat dunia gamedev Indonesia jadi perbincangan hangat karena prestasinya. Parakacuk juga mengundang pertanyaan, seperti apa rating umur untuk game ini?
Parakacuk dipromosikan sebagai klon Bully versi Indonesia. Di game ini kamu memainkan anak SMA bernama Budi yang membentuk geng dan berusaha mengalahkan geng lain untuk jadi penguasa sekolah.
Gak cuma menampilkan kekerasan anak sekolahan, dialog dan flavor text di game Parakacuk dipenuhi beberapa kata kasar. Seakan-akan game ini didesain untuk mendorong batasan moral dalam video game lokal.
Yang gak banyak diperbincangkan orang dan gamer, adalah implikasi yang bisa terjadi saat Parakacuk menjadi populer… terlalu populer. Ada banyak hal yang gak diinginkan bisa terjadi dan bisa berdampak kepada industri game Indonesia.
Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari hal tersebut? Lalu bagaimana sistem rating di Indonesia menjelaskan berbagai game bertema kekerasan kepada masyarakat?
Studi Baru! Bermain Game Bisa Bikin Seseorang Bahagia
Kontroversi yang bisa muncul

Kita tahu game-game Rockstar gak bisa lepas dari kontroversi. Baik dari GTA, Manhunt, dan juga Bully pun gak terkecuali. Rockstar sudah berkali-kali melawan advokat yang berusaha memboikot game mereka karena mengandung unsur seks dan kekerasan.
Sebagai game Indonesia, Parakacuk pun gak bisa menghindari kontroversi yang bisa terjadi. Saat game Parakacuk semakin mendapatkan sorotan dari media mainstream, akan ada banyak orang yang mempertanyakan setiap elemen yang dianggap mengkhawatirkan.
Konten Parakacuk bisa menggelitik masyarakat konservatif yang menolak glorifikasi kekerasan. Mereka bahkan bisa menuntut dan melobi pihak berwenang untuk mencekal Parakacuk.
Akibatnya bisa ditebak. Industri game Indonesia bakal diatur lebih ketat lagi oleh pemerintah. Bahkan kontennya juga bisa dibatasi, mana yang boleh dan gak boleh masuk ke dalam game.
IGRS dan klasifikasi rating game di Indonesia

Lalu apa yang bisa dilakukan untuk mencegah hal itu? Masuklah IGRS.
IGRS alias Indonesia Game Rating System adalah badan yang mengklasifikasikan berbagai video game yang beredar di Indonesia berdasarkan kategori umur.
IGRS merupakan perwujudan dari peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia nomor 11 tahun 2016 tentang Klasifikasi Permainan Interaktif Elektronik.
Badan rating game Indonesia ala ESRB ini mengklasifikasikan game berdasarkan kategori umur 3+, 7+, 13+, 18+, hingga semua umur.
Dalam menentukan rating game, IGRS akan mencari beberapa konten yang beresiko meningkatkan kategori umurnya.
Konten tersebut diantaranya adalah bahasa, horor, interaksi online, zat psikotropika, darah, mutilasi, seksualitas, dan lain sebagainya.
Semua game yang beredar di Indonesia harus mendapatkan rating IGRS, baik itu game Indonesia hingga game luar negeri. Spider-Man: Miles Morales mendapatkan rating 18+ sementara Final Fantasy VII Remake diberi rating 13+.
Edukasi rating bukan sepenuhnya tanggung jawab IGRS

IGRS memang punya tugas penting mengedukasikan rating video game di Indonesia. Namun, para developer juga punya kewajiban mengkomunikasikan untuk siapa game mereka dibuat.
Dalam kasus Parakacuk, Gamecom Team selaku developer sudah memperingatkan bahwa game ini punya rating dewasa dam hanya bisa dimainkan oleh mereka yang sudah berusia dewasa. Peringatan ini senantiasa muncul di awal demo game mereka.
Apakah hal itu cukup? Tentunya gak selalu. Gamecom Team juga harus memiliki kontrol di dalam untuk menentukan konten seperti apa yang cocok masuk ke dalam game mereka.
Di luar negeri, berbagai developer game berusaha menekan berbagai elemen yang beresiko menaikkan rating game mereka. Pasalnya jika game mendapatkan rating dewasa, potensi pendapatan mereka bisa berkurang drastis.

Meskipun di Indonesia belum sampai ke level tersebut, memperhatikan konten untuk memenuhi kriteria rating tetap harus jadi perhatian.
ESRB dibuat di Amerika Serikat karena meningkatnya jumlah kekerasan di dalam video game. ESRB dibentuk agar pemerintah Amerika gak melakukan intervensi pada industri video game.
Sementara itu, beberapa pemerintah di Eropa mulai mengintervensi industri video game dengan memblokir game dengan sistem lootbox seperti FIFA misalnya. Ini akibat developer game gagal meregulasi game mereka sendiri.
Jika gak hati-hati, Indonesia bisa mengulang kejadian di Amerika Serikat dan Eropa tersebut. Kemunculan game seperti Parakacuk menjadi lampu kuning buat industri game Indonesia untuk mulai lebih serius mengedukasi soal rating umur game yang mereka buat.
Menurut kamu sendiri, seberapa penting sih rating umur buat game, terutama di Indonesia?