Riot Games Dituduh Melakukan Diskriminasi Gender

Sebuah tuduhan yang cukup mengejutkan datang dari mantan karyawan Riot Games.
Mantan karyawan tersebut menuduh studio tersebut melakukan diskriminasi gender dan pelecehan seksual. Riot sekarang sedang menghadapi kasus yang menyeretnya tersebut.
Pada April 2019, sebenarnya Riot ingin mengajukan kasus ini ke arbitrase. Sayangnya, mereka mengalah setelah karyawan ini mengancam untuk keluar jika kasus ini dibawa ke arbitrase.
Ganie Harrison, pengacaran penggugat mengatakan bahwa Riot melarang para wanita untuk melawan perusahaan itu.
“Riot melakukan sejumlah hal untuk menutupi kasus ini. Intinya, semua perilaku diskriminatif berusaha untuk disembunyikan dari publik,” tuturnya.
Dalam sebuah pernyataannya, Riot mengatakan dengan dibawanya kasus ini ke arbitrase, maka akan ditemukan solusi yang adil dan cepat untuk kasus ini.
Mereka juga kabarnya ingin berdialog untuk menyelesaikan masalah ini secepat mungkin.
Satu hal yang pasti, semua penyelesaian harus didasari pada fakta yang masih relevan dengan kasus tersebut.
Riot Games juga berjanji bahwa dalam penyelesaiannya tidak ada klausul rahasia. Setelah pengadilan setuju untuk mengizinkan gugatan ini dibawa ke arbitrase, Riot kemudian memberikan statement.
“Putusan ini akan memungkinkan kami untuk mencapai resolusi yang adil dan cepat untuk kasus-kasus ini, beberapa di antaranya telah tertunda selama lebih dari dua tahun. Kami selalu, dan akan terus, bersedia untuk terlibat dalam dialog untuk mewujudkannya,” tuturnya.
“Sangat penting supaya kasus ini diselesaikan secepat mungkin selama penyelesaian yang dilakukan sesuai fakta” ucapnya.
Menurut Riot Games, dalam dua tahun terakhir ini mereka memang sudah melakukan perubahan demi membantu membangun kepercayaan orang, meningkatkan keragaman, dan hal-hal semacam ini dalam perusahaan.

Riot Games juga mengatakan bahwa mereka sangat transparan dengan saran soal perubahan yang ada di dalam perusahaan. Tentunya hal ini salah satunya adalah mendukung keberagaman yang ada.
Di tahun 2018, Kotaku berbciara dengan 28 mantan karyawan Riot di mana mereka mengatakan bahwa ada diskriminasi gender yang dilakukan di sana.
Selain itu, ada budaya yang membuat karyawan laki-laki dan bos melakukan pelecehan seksual terhadap karyawan perempuan.
Sumber: The Gamer