Perbandingan Split Fiction vs It Takes Two, Mana yang Lebih Seru ?

- Split Fiction dan It Takes Two dikembangkan oleh Hazelight Studios
- Split Fiction menawarkan variasi cerita yang saling terkait dengan gaya visual dan tema yang berbeda-beda, sementara It Takes Two lebih linier
- Split Fiction menunjukkan perkembangan karakter yang matang dan unggul dalam gameplay berkat variasi mekanik yang lebih terstruktur
Di dunia game co-op, ada dua judul yang sukses bikin pemain ketagihan: Split Fiction atau It Takes Two.
Keduanya dikembangkan oleh Hazelight Studios, dan sukses besar secara kritik maupun pemain.
Tapi kalau kamu cuma punya waktu (atau budget) buat main satu, mana yang lebih layak jadi pilihan?
Lewat artikel ini, kita bakal bahas secara menyeluruh, dari cerita sampai gameplay biar kamu bisa tentukan mana yang lebih seru dan menegangkan antara Split Fiction atau It Takes Two.
1, Dua Game, Dua Dunia: Apa yang Membuat Game Ini Berbeda ?

Meski datang dari studio yang sama, Split Fiction atau It Takes Two menawarkan pengalaman yang cukup berbeda.
It Takes Two mengambil latar rumah tangga yang rusak, dengan dua karakter utama, Cody dan May, yang secara ajaib berubah jadi boneka dan harus menyelesaikan berbagai tantangan untuk menyelamatkan hubungan mereka.
Sementara itu, Split Fiction lebih futuristik, dengan dua protagonis baru: Mio dan Zoe, yang menjelajah dunia cyberpunk melalui narasi yang penuh misteri dan dinamika emosional.
Yang menarik, Split Fiction terdiri dari beberapa cerita yang saling terkait tapi memiliki gaya visual dan tema yang berbeda-beda.
Ini memberikan variasi yang lebih luas dibandingkan It Takes Two, yang lebih linier dan berfokus pada satu alur.
2. Alur Cerita dan Gameplay, Siapa yang Lebih Bikin Ketagihan?

Kalau kamu suka permainan dengan cerita yang kuat, pilihan antara Split Fiction atau It Takes Two bisa jadi cukup sulit.
It Takes Two punya konsep menarik: memperbaiki hubungan yang retak lewat petualangan ajaib.
Tapi eksekusinya menuai kritik karena akhir ceritanya terasa terburu-buru dan kurang meyakinkan.
Sepanjang permainan, kadang justru terasa kalau Cody dan May udah nggak cocok lagi.
Sebaliknya, Split Fiction menunjukkan perkembangan karakter yang jauh lebih matang, terutama buat Mio.
Di awal, mereka mungkin terasa datar, tapi seiring waktu, kita diajak memahami kepribadian dan dinamika hubungan mereka.
Bahkan, setiap level dirancang untuk menggambarkan karakter mereka secara simbolik.
Dari segi gameplay, Split Fiction unggul berkat variasi mekanik yang lebih terstruktur.
Setiap level memperkenalkan game mechanic baru, yang kemudian dikembangkan dan ditutup sebelum terasa membosankan.
Sedangkan di It Takes Two, meskipun banyak ide kreatif, beberapa terasa berulang dan kadang overstay.
3. Kerja Sama atau Kompetisi? Rasakan Sendiri Bedanya di Tiap Game

Baik Split Fiction atau It Takes Two, keduanya mengandalkan kerja sama dua pemain. Tapi pendekatannya beda.
Di It Takes Two, kerja sama seringkali terasa seperti ujian kesabaran, apalagi saat salah satu pemain nggak seirama dalam menyelesaikan puzzle atau menghadapi boss.
Game ini punya beberapa quick-time events yang terasa agak dipaksakan. Sementara itu, Split Fiction memberikan lebih banyak ruang buat pemain saling melengkapi kemampuan.
Setiap misi menuntut pemahaman karakter dan mekanik baru, dan bukan cuma soal refleks.
Bahkan, side quest dalam game ini bisa jadi momen istirahat sekaligus refleksi, seperti ketika Mio dan Zoe bertemu karakter misterius di Ice King's Castle, atau menjelajah lalu lintas padat cyberpunk.
Yang menarik lagi, pacing di Split Fiction sangat diperhitungkan. Game ini dibagi jadi delapan chapter yang semakin pendek di bagian akhir, bikin akhir cerita terasa padat tapi tetap tenang.
Sebaliknya, It Takes Two terasa makin panjang di bagian akhir, bahkan bisa bikin capek karena levelnya terasa seperti maraton.
4. Kalau Harus Pilih Satu, Mana yang Lebih Worth It Buat Dimainkan?

Kalau kamu belum pernah main dua-duanya, dan sedang pilih antara Split Fiction atau It Takes Two, keputusan terbaik mungkin adalah mulai dari It Takes Two.
Alasannya simpel: game ini lebih ringan, lebih cocok untuk semua umur, dan punya konsep awal yang ramah buat pemula.
Tapi, kalau kamu cari pengalaman narrative co-op yang lebih dewasa, emosional, dan penuh eksplorasi mendalam, maka Split Fiction jelas lebih unggul.
Game ini berhasil memperbaiki hampir semua kekurangan dari pendahulunya. Mulai dari pacing, mekanik, sampai kedalaman cerita, semua terasa lebih tajam dan menyentuh.
Perlu dicatat juga bahwa setelah main Split Fiction, kemungkinan besar kamu bakal kesulitan balik ke It Takes Two, karena Split Fiction terasa seperti versi upgrade dari semua hal yang pernah dicoba Hazelight sebelumnya.
Memilih antara Split Fiction atau It Takes Two bukan soal mana yang lebih baik secara mutlak, tapi mana yang lebih cocok buat kamu dan partner main kamu.
Kalau kamu suka cerita yang ringan, penuh kejutan, dan visual yang imajinatif, maka It Takes Two adalah pilihan tepat.
Tapi kalau kamu cari petualangan yang emosional, penuh refleksi, dan didesain dengan cermat, maka Split Fiction layak banget buat jadi prioritas.
Apapun pilihanmu, satu hal pasti: Hazelight Studios sukses menunjukkan kalau game co-op bisa jadi lebih dari sekadar hiburan tapi juga bisa jadi perjalanan emosional yang nggak bakal kamu lupain.
Jadi, kamu pilih yang mana: Split Fiction atau It Takes Two?