Kebijakan baru ini berarti pengguna di bawah usia 18 tahun serta akun yang tidak login, nggak akan dapat menonton jenis video tersebut. Langkah ini menandai perubahan besar dalam cara YouTube mengelola konten game yang selama ini dianggap sebagai bagian dari hiburan digital.
Dilansir dari The Verge pada Jumat (31/10/2025), YouTube menegaskan bahwa tidak semua konten game yang mengandung kekerasan akan otomatis terkena pembatasan. Platform ini akan mempertimbangkan beberapa faktor sebelum menandai video sebagai “terbatas usia”, antara lain:
- Durasi adegan kekerasan, apakah hanya sebentar atau berlangsung lama. 
- Fokus kamera (zoom-in) terhadap adegan kekerasan. 
- Tingkat realisme, terutama apakah karakter dalam game tampak seperti manusia sungguhan atau hanya fiktif. 
Juru bicara YouTube, Boot Bullwinkle, menjelaskan bahwa adegan yang terlalu menyorot detail kekerasan atau berdurasi panjang akan langsung terkena batasan usia.
“Adegan yang tidak sekadar selewat atau terlalu difokuskan pada kekerasan akan terkena pembatasan,” ujar Bullwinkle.
Ia juga menambahkan bahwa kreator memiliki opsi untuk menghindari pembatasan, misalnya dengan mengaburkan adegan tertentu atau mengubah cara memainkan misi dalam game agar tidak terlalu menonjolkan kekerasan ekstrem.
Kebijakan baru ini memperluas aturan lama YouTube yang telah melarang “kekerasan yang didramatisasi,” seperti penyiksaan, kematian berdarah, atau adegan brutal dalam film. Namun sebelumnya, konten game sering kali mendapat pengecualian karena dianggap fiksi dan tidak menampilkan kekerasan nyata.
Kini, pengecualian itu diperketat. YouTube menilai langkah ini perlu dilakukan demi melindungi pengguna muda dan menjaga tanggung jawab sosial platform di tengah semakin meningkatnya popularitas konten gaming yang menampilkan kekerasan ekstrem.