TikTok Diduga Jadi Penyebab Meningkatnya Sindrom Tourette Pada Remaja

Dokter dari berbagai rumah sakit di dunia melaporkan fenomena aneh yaitu meningkatnya jumlah remaja perempuan yang mengalami tics, atau sindrom tourette. Dokter menduga ini disebabkan oleh TikTok.
Berdasarkan studi selama beberapa bulan, dokter menemukan bahwa tren TikTok dan rasa bosan akibat pandemi membuat gejala sindrom ini ini tersebar dari para influencer yang memiliki sindrom tourette.
Apa Itu Sindrom Tourette?
Sindrom Tourette adalah gangguan sistem saraf yang membuat penderitanya melakukan tic, alias gerakan atau ucapan yang di luar kendali secara berulang-ulang.
Misalnya, mengedipkan mata, mengangkat bahu, berdeham, mengulangi perkataan sendiri, mengangguk dan gerakan lain yang dilakukan di luar kendali tubuh. Gangguan ini bisa diobati dengan psikoterapi maupun obat-obatan.
Jumlah Remaja yang Mengalami Gejala Sindrom Tourette Meningkat di AS
Para peneliti sedang melakukan penelitian di Amerika Serikat untuk menemukan penyebab meningkatnya kasus sindrom tourette khususnya pada remaja.
The Wall Street Journal mengkonfirmasi bahwa penderita sindrom tics meningkat lewat laporan beberapa rumah sakit di Amerika Serikat.
Tourette Center di Johns Hopkins University melihat 10 hingga 20 persen jumlah pasien mengalami gejala sindrom tourette ini selama setahun terakhir. Padahal sebelum pandemi, hanya 2 hingga 3 persen pasien yang mengalami sindrom ini pertahun.
Ahli saraf, Donald Gilbert dari Cincinnati Children’s Hospital Medical Center mengatakan bahwa dia melihat 10 pasien remaja yang mengalami tics setiap bulannya selama 18 bulan terakhir. Padahal sebelum Maret 2020, dia hanya melihat satu pasien dengan tics setiap sebulan sekali.
TikTok Jadi Tempat Penularan Sindrom Tourette?

Salah satu artikel yang dipublikasikan oleh tim dokter yang berbasis di Chicago dalam jurnal Movement Disorders memiliki judul “TikTok Tics: Sebuah Pandemi di Dalam Pandemi”.
Kecemasan (anxiety) dan depresi akibat pandemi covid-19 diperkirakan telah berkontribusi pada meningkatnya tren sindrom tourette pada remaja. Stres memang bisa mempengaruhi kondisi fisik penderitanya.
Meski begitu, hal ini diperkirakan juga berasal dari banyaknya influencer di TikTok yang mengalami sindrom tourette ini. Konten-konten yang memiliki tagar #tourettes dan #tourettesyndrome di TikTok sudah mendapat lebih dari 6,2 miliar views.
“Beberapa anak menunjukkan ponsel mereka dan memperlihatkan pada saya TikTok mereka, dan itu penuh dengan Tourette sedang memasak dan challange alphabet,” ujar Dr. Mariam Hull dari Texas Children yang ikut menulis “Tics dan Tiktok: Tics Fungsional Menyebar Lewat Media Sosial”.
“Ada beberapa anak yang menonton sosial media dan kemudian mengalami tics dan beberapa yang tidak mengakses sosial media dan tetap mengalami tics,” ujar Dr. Joseph McGuire dari Johns Hopkins.
Beberapa dokter bahkan mengatakan beberapa influencer TikTok yang memiliki sindrom tourette tidak terlihat benar-benar mengidap sindrom tersebut. Apalagi kebanyakan dari mereka adalah perempuan. padahal kelainan ini diketahui lebih banyak mempengaruhi laki-laki.
Meski begitu, Dr Gilbert mengatakan pasiennya yang datang benar-benar menunjukkan gejala itu dan menampilkan adanya gangguan fungsi saraf, meski secara teknis bukan sindrom tourette.
Terapi kognitif bisa dilakukan pada pasien untuk menghilangkan gejala tersebut, termasuk mengurangi konsumsi TikTok.
Juru bicara dari TikTok mengatakan pada Wall Street Journal bahwa keamanan pengguna adalah prioritas mereka. Mereka juga akan berkonsultasi pada para ahli untuk mendalami masalah ini.
Sumber: New York Post