Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Belajar Mitigasi Gempa Bumi Lewat Anime Tokyo Magnitude 8.0

tokyo magnitude 8.0
tokyo magnitude 8.0 (Dok. Prime Video)
Intinya sih...
  • Gempa Bekasi jadi trending di media sosial
  • Anime Tokyo Magnitude 8.0 menghadirkan gambaran realistis tentang gempa bumi
  • Penonton mendapat pelajaran penting soal bagaimana bersikap dalam kondisi darurat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Masyarakat Indonesia sempat heboh dengan gempa yang terjadi di Bekasi. Meski kekuatannya tidak sebesar yang kerap melanda Jepang, topik ini langsung menjadi trending di media sosial. Reaksi masyarakat beragam, mulai dari kepanikan, hingga diskusi serius tentang kesiapan kita menghadapi bencana.

Momen ini bisa jadi refleksi bahwa mitigasi bencana adalah sesuatu yang seharusnya lebih dekat dengan keseharian, bukan hanya dibicarakan ketika gempa datang.

Menariknya, ada satu anime yang sejak lama menghadirkan gambaran realistis tentang bencana gempa bumi: Tokyo Magnitude 8.0. Dirilis pada tahun 2009, anime garapan studio Bones ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki sisi edukasi yang relevan hingga sekarang.

Ketika topik gempa kembali jadi bahan pembicaraan di Indonesia, anime ini bisa menjadi rujukan pop culture yang memperlihatkan betapa pentingnya kesiapan, solidaritas, dan ketahanan mental dalam menghadapi bencana.

Kisah yang Dekat dengan Realita

Tokyo Magnitude 8.0 bercerita tentang Mirai dan adiknya Yuuki, dua anak yang tanpa sengaja terjebak di tengah gempa dahsyat saat sedang mengunjungi pameran robot.

Bersama Mari, seorang pengendara motor pengantar barang yang juga terjebak di Tokyo, mereka berjuang pulang ke rumah melewati kota yang porak-poranda.

Yang membuat anime ini spesial adalah kedekatan ceritanya dengan realitas. Studio Bones bekerja sama dengan pemadam kebakaran Jepang untuk memastikan detail teknis terasa nyata.

Mulai dari bagaimana gedung runtuh, cara mencari air bersih, hingga teknologi yang dipakai untuk menemukan korban di balik reruntuhan. Semua ditampilkan dengan cara yang informatif tanpa terasa seperti ceramah.

Hal ini membuat Tokyo Magnitude 8.0 berbeda dari kebanyakan anime bertema bencana.

Alih-alih mengandalkan ledakan dramatis dan kehancuran spektakuler, anime ini fokus pada perjalanan manusia biasa yang mencoba bertahan hidup. Di balik itu, penonton justru mendapat pelajaran penting soal bagaimana bersikap dalam kondisi darurat.

Pelajaran Mitigasi yang Bisa Dipetik

cuplikan Tokyo Magnitude 8.0 (dok. Bones/Tokyo Magnitude 8.0)
cuplikan Tokyo Magnitude 8.0 (dok. Bones/Tokyo Magnitude 8.0)

Melalui sebelas episodenya, Tokyo Magnitude 8.0 memperlihatkan banyak hal yang bisa dijadikan bahan refleksi untuk masyarakat Indonesia, terutama ketika gempa seperti di Bekasi terjadi.

  1. Jangan Panik, Cari Informasi Akurat
    Salah satu adegan yang menonjol adalah bagaimana karakter-karakter di anime ini selalu mencari update lewat radio. Di dunia nyata, akses informasi yang benar bisa menyelamatkan banyak nyawa. Saat bencana, menghindari hoaks sama pentingnya dengan mencari tempat aman.

  2. Pentingnya Persiapan Dasar
    Dari stok makanan, air minum, hingga hal sederhana seperti tisu atau toilet darurat, anime ini menekankan bahwa hal kecil bisa menjadi krusial. Untuk masyarakat Indonesia yang berada di wilayah rawan gempa, menyiapkan tas siaga bencana adalah langkah sederhana yang sering diabaikan.

  3. Solidaritas Sosial
    Mirai, Yuuki, dan Mari bertahan hidup bukan hanya karena keberuntungan, tapi juga karena saling menopang. Pesan ini relevan untuk kita, terutama ketika melihat fenomena masyarakat Indonesia yang sering gotong-royong dalam kondisi darurat.

  4. Ketahanan Mental Sama Pentingnya dengan Fisik
    Banyak penonton yang menilai anime ini emosional karena memperlihatkan trauma, kehilangan, dan keputusasaan. Namun, justru dari situlah pentingnya menjaga kesehatan mental di tengah bencana. Gempa tidak hanya merobohkan bangunan, tapi juga bisa mengguncang psikologis korban.

Ring of Fire
Ring of Fire Indonesia (Dok. RRI)

Indonesia, yang berada di Cincin Api Pasifik, tentu tidak asing dengan gempa bumi. Dari Aceh 2004, Yogyakarta 2006, Palu 2018, hingga gempa-gempa kecil yang masih sering dirasakan di kota-kota besar, semua menjadi pengingat bahwa bencana bukan sekadar tontonan di layar kaca.

Gempa Bekasi mungkin tidak menimbulkan kerusakan besar, tetapi kepanikan yang terlihat di media sosial menunjukkan bahwa kesadaran mitigasi masih rendah. Banyak orang yang bingung harus bagaimana, ke mana harus lari, dan apa yang perlu dilakukan setelahnya.

Di titik inilah Tokyo Magnitude 8.0 bisa menjadi media reflektif: sebuah karya pop culture yang menyelipkan edukasi nyata dengan cara emosional dan menyentuh.

Share
Topics
Editorial Team
Doni Jaelani
EditorDoni Jaelani
Follow Us