Baca artikel GGWP lainnya di IDN App
For
You

Game yang Dikacaukan Oleh Sistem Mikrotransaksi

Mikrotransaksi dapat dikatakan sebagai momok yang sangat besar bagi gamers saat ini. Sejak awal permainan game para pemain akan dibuat untuk mengeluarkan uang yang sangat banyak dalam membeli sesuatu yang dibutuhkan pada game.

Kemudian pemain akan diminta untuk mengeluarkan uang lagi agar bisa memperoleh keuntungan lainnya.

Terlebih sekarang ini sudah banyak perusahaan game yang memiliki sistem mikrotransaksi sangat gila.

Bahkan tidak segan untuk mematok tarif tambahan terhadap sejumlah hal penting yang sebenarnya bisa diperoleh tanpa melakukan pembelian.

Simak daftar game yang telah dikacaukan oleh sistem mikrotransaksi berikut ini:

Game Mikrotransaksi

1. Guitar Hero Live

Developer game Harmonix serta penerbit RedOctane telah berhasil membuat gebrakan dunia game dengan mengusung genre musik saat melakukan perilisan Guitar Hero di tahun 2015 lalu.

Di tahun 2006 activision melakukan pembelian penerbit terbesar dan memperoleh lisensi Guitar Hero.

Hingga akhirnya activision melakukan pengurusan waralaba tersebut sejak Guitar Hero III: Legends of Rock sampai pada seri terbaru yakni Guitar Hero Live yang rilis tahun 2015 sebagai reboot pada waralaba ini.

Dari segi gameplay serta sistem kontrol game telah memperoleh penilaian yang sangat positif. Akan tetapi terdapat beberapa hal yang tidak berarti karena menggunakan sistem mikrotransaksi.

Game lebih memaksa pemain untuk bisa menyewa perpustakaan lagu yang hanya diberlakukan hanya dalam 24 jam saja.

2. Metal Gear Solid V: The Phantom Pain

Hideo Kojima yang menjadi kreator memiliki peranan yang sangat besar dalam membuat kesuksesan untuk waralaba Metal Gear.

Makanan tapi di tahun 2015 ternyata harus berpisah dari Konami karena masalah yang telah dibuatnya.

Pada tahun perpisahan itulah ternyata juga bertepatan perilisan game. Game yang satu ini memperoleh penilaian yang sangat positif.

Kojima juga menunjukkan keunggulannya saat detik akhir perpisahan bersama Konami. Akan tetapi hal yang sangat berharga itu dirusak saat Konami melakukan perilisan di DLC Forward Operating Base.

Sehingga DLC itu memberikan penawaran asuransi yang bisa menggantikan item yang telah dicuri ataupun dihancurkan saat berada di base pemain.

Hal yang sangat memperparah penilaian tentunya dari sistem asuransi yang dapat kadaluarsa sewaktu-waktu.

Dengan begitu akan menjadikan para pemain harus mengeluarkan uang tambahan lagi agar bisa memperoleh asuransinya kembali.

3. Dead Space 3

Pada saat EA melakukan perilisan game ini di tahun 2008 lalu. Ternyata game bisa berhasil mendapatkan kesuksesan yang sangat besar dari segi kritik ataupun komersil.

Sekuel yang dimilikinya juga mendapat kesuksesan yang serupa dengan game yang pertama. Hal inilah yang menjadikan developer game semakin percaya diri dalam menghadirkan seri ketiga.

Akan tetapi pada seri ketiga ternyata tidak memperoleh kesuksesan seperti dua game yang sebelumnya. Terlebih pada sistem mikro transaksi yang menjadikan game terasa pay to win.

Dalam pembuatan senjatanya saja tentunya pemain diharuskan untuk memiliki sumber daya agar dapat memperolehnya dengan membeli menggunakan uang nyata.

Dari hal inilah yang membuat waralaba tidak memiliki masa depan lagi. Bahkan dari studio pengembangnya sendiri sudah ditutup oleh developer.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu
EditorDwi Ayu
Follow Us