7 Game Horor Visual Retro yang Bikin Deg-degan

Fears to Fathom: Home Alone adalah bagian pertama dari seri horor episodik yang mengandalkan cerita pendek yang intens. Entah kenapa, grafis low-poly ala PS1 membuat gamenya terasa makin imersif.

Di sini, kamu berperan sebagai Miles, seorang remaja yang ditinggal orang tuanya di rumah. Malam yang awalnya biasa saja berubah jadi mimpi buruk ketika sosok asing mulai mengintai dari luar. Gameplay-nya simpel, bahkan lebih ke condong ke eksplorasi dan decision making saja, tapi aspek tersebut malah membuat gamenya makin seru saat dimainkan.

Babysitter Bloodbath merupakan sebuah karya dari Puppet Combo, studio indie yang sudah terkenal dengan spesialisasi mereka dalam membuat game horor bergaya retro. Dibandingkan grafis super realistis, Puppet Combo justru sengaja menghadirkan tekstur kasar, cahaya redup, dan atmosfer mencekam layaknya film slasher klasik seperti Halloween.

Kamu akan bermain sebagai Sarah, seorang babysitter yang harus melindungi anak bernama Billy dari ancaman orang asing berbahaya. Mekanismenya mirip survival horor, di mana kamu dituntut untuk sembunyi, lari, dan berpikir cepat di tengah situasi darurat.

Anatomy muncul sebagai game horor yang berfokus pada atmosfer, bukan jumpscare murahan dengan setting cerita di sebuah rumah.

Sebagai player, kamu akan menemukan kaset audio yang berisi rekaman aneh. Setiap kaset baru yang ditemukan bakal memengaruhi suasana rumah, dinding berubah, ruangan terasa lebih sempit, dan aura tidak nyaman makin kuat. Inilah contoh game horor psikologis low-poly yang membuktikan kalau grafis sederhana pun bisa menghasilkan rasa takut super intens.

Durasi permainannya memang singkat, tapi justru itu yang membuat Anatomy terasa padat.

Power Drill Massacre ini sebenarnya remake dari Minotaur, yang merupakan salah satu garapan terdahulu dari Puppet Combo. Dengan sentuhan visual low-poly PS1, game ini memadukan suasana gelap, suara mencekam, dan teror dari seorang pembunuh sadis bersenjatakan bor listrik.

Kamu akan berperan sebagai Megan, yang terjebak setelah mengalami kecelakaan mobil. Saat mencari temannya, Jeff, ia malah harus menghadapi teror tanpa henti dari sang pembunuh. Gameplay-nya sendiri tidak kompleks, kamu hanya perlu sembunyi, lari, dan bertahan hidup sebisa mungkin.

Berbeda dari kebanyakan game horor bergaya retro lain, Signalis menyatukan elemen horor psikologis dengan nuansa sci-fi dystopia. Visual low-poly yang kasar dengan desain dunia futuristik yang tidak biasa telah berhasil menyuguhkan atmosfer mencekam sekaligus indah untuk dijelajahi.

Di game ini, kamu berperan sebagai Elster, replika android yang tengah mencari jawaban dari mimpi serta kenangan misteriusnya. Selama perjalanan berlangsung kamu akan menemukan banyak puzzle dengan ceritanya yang non-linear dan punya beberapa ending berbeda. Bahkan, pertarungan bos terakhir bernama Faulk dikenal sangat epik karena terdiri dari enam fase yang menguji kesabaran pemain.

Tidak semua horor harus memiliki unsur darah dan kejar-kejaran. Fear the Spotlight hadir dengan pendekatan atmosfer sunyi, kisah personal, dan misteri yang pelan-pelan mengikat pemain.

Game ini mengambil inspirasi dari game horor mirip Silent Hill klasik, lengkap dengan kabut tebal, pencahayaan minim, dan nuansa sekolah tua yang bikin bulu kuduk merinding. Namun, fokus utamanya ada pada cerita dan hubungan antar karakter, bukannya jumpscare.

Kamu akan bermain sebagai Vivian, seorang remaja yang menyelinap ke sekolah terbengkalai bersama temannya untuk melakukan ritual okultisme. Sayangnya, ritual itu gagal total dan malah membangkitkan roh-roh jahat yang menghantui gedung.

Kalau kamu suka horor yang nggak biasa dan lebih condong ke experience surealisnya, Paratopic mungkin bisa kamu coba.

Game ini hanya berdurasi sekitar 45 menit, tapi setiap menitnya benar-benar bisa bikin kamu merasa gelisah. Bahkan, game ini bisa membuat kamu terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Kamu akan menjelajahi cerita dari tiga sudut pandang berbeda, seorang penyelundup, seorang pembunuh, dan seorang pengelana. Benang merah ketiganya adalah keberadaan kaset VHS misterius dan entitas aneh yang menghantui dunianya.