10 Fakta Doma, Musuh Kuat yang Muncul di Demon Slayer Inifity Castle

- Doma memegang posisi Upper Rank Two dalam jajaran Dua Belas Kizuki, menjadikannya salah satu iblis terkuat setelah Muzan Kibutsuji dan Kokushibo.
- Selain menjadi iblis kuat, Doma juga dikenal sebagai pemimpin sekte bernama Eternal Paradise Faith.
- Ia didiagnosis menderita apati klinis, sehingga tidak bisa merasakan perasaan manusia seperti kesedihan, kebahagiaan, atau empati.
Dalam Demon Slayer: Infinity Castle Part 1, salah satu musuh yang paling mencuri perhatian adalah Doma. Sebagai anggota Dua Belas Iblis Bulan Atas, ia menempati peringkat Dua, menjadikannya salah satu iblis terkuat yang pernah muncul.
Kehadirannya bukan hanya menghadirkan pertempuran menegangkan, tetapi juga mengungkap sisi gelap masa lalunya yang penuh manipulasi. Di balik sikap ramahnya, Doma menyimpan rahasia mengerikan yang membuatnya dibenci oleh manusia maupun sesama iblis.
Berikut adalah 10 fakta menarik tentang Doma yang membuatnya menjadi salah satu antagonis paling kompleks dalam Kimetsu no Yaiba.
1. Doma, Peringkat Atas Dua dalam Dua Belas Kizuki

Doma memegang posisi Upper Rank Two dalam jajaran Dua Belas Kizuki, menjadikannya salah satu iblis terkuat setelah Muzan Kibutsuji dan Kokushibo. Sebelumnya, ia pernah menempati posisi Upper Rank Six sebelum naik peringkat berkat kekuatannya yang luar biasa. Status ini menandakan betapa cepatnya perkembangan Doma sebagai iblis, bahkan ia mampu menyalip Akaza, yang berada di peringkat Tiga, dalam waktu singkat. Keberadaan Doma sangat ditakuti oleh para pemburu iblis karena kekuatan tempur serta kemampuan Blood Demon Art-nya yang unik.
Ia dikenal mampu melawan Hashira sekalipun tanpa menunjukkan kesulitan berarti. Fakta bahwa Doma jarang bertarung dengan serius, tetapi tetap bisa mendominasi pertarungan, menunjukkan betapa besarnya kesenjangan kekuatan antara dirinya dan para musuhnya. Dalam Infinity Castle, posisinya sebagai Upper Two membuatnya menjadi lawan berat yang menebar teror.
2. Pemimpin Sekte Eternal Paradise

Selain menjadi iblis kuat, Doma juga dikenal sebagai pemimpin sekte bernama Eternal Paradise Faith. Sekte ini awalnya tampak seperti tempat bagi orang-orang yang mencari ketenangan, karena Doma selalu tampil ramah dan mendengarkan keluh kesah pengikutnya. Namun, kenyataannya sangat mengerikan: sekte ini hanyalah kedok bagi Doma untuk mengumpulkan korban. Para pengikut yang percaya padanya justru berakhir menjadi santapan.
Karismanya yang memikat, paras rupawan, serta mata indah berwarna pastel membuat banyak orang menganggapnya sebagai sosok suci yang mampu berkomunikasi dengan para dewa. Padahal, ia hanyalah predator yang memanfaatkan kepercayaan manusia. Tragisnya, ibu Inosuke, Kotoha Hashibira, pernah menjadi salah satu pengikut sekte ini sebelum akhirnya dibunuh oleh Doma setelah mengetahui kebenaran. Fakta ini semakin menambah kebencian mendalam Inosuke terhadapnya di Infinity Castle.
3. Masa Kecil Tanpa Emosi

Yang membuat Doma berbeda dari iblis lainnya adalah sifatnya yang benar-benar tanpa emosi, bahkan sejak kecil. Ia didiagnosis menderita apati klinis, sehingga tidak bisa merasakan perasaan manusia seperti kesedihan, kebahagiaan, atau empati. Hal ini terlihat ketika orang tuanya tewas secara tragis—ibunya membunuh ayahnya, lalu bunuh diri, namun Doma hanya merasa terganggu karena ruangan menjadi pengap oleh bau darah. Kekosongan emosional ini membuatnya tumbuh sebagai sosok manipulatif, karena ia belajar menirukan emosi untuk bisa berinteraksi dengan orang lain.
Ketidakmampuannya merasakan perasaan sejati menjadikannya iblis yang dingin dan berbahaya. Meski begitu, Doma sering menampilkan persona ceria dan bersahabat untuk menutupi kekosongan batinnya, sehingga banyak orang tertipu. Bahkan ketika bertarung, ia tetap tersenyum, seolah tidak ada yang bisa memengaruhinya. Inilah yang membuatnya tampak mengerikan sekaligus tak terduga.
4. Hubungan dengan Gyutaro dan Daki

Sebelum menjadi Upper Rank Two, Doma sempat menjabat sebagai Upper Rank Six. Pada masa itulah ia berperan besar dalam mengubah Gyutaro dan Ume (Daki) menjadi iblis. Ia tidak hanya mengubah mereka, tetapi juga memperkenalkan keduanya kepada Muzan sehingga bisa bergabung dengan Dua Belas Kizuki. Hubungan ini membuat Doma memiliki pengaruh besar dalam rantai hierarki iblis.
Meski demikian, Doma tidak menunjukkan kasih sayang atau kepedulian yang tulus terhadap Gyutaro dan Daki. Baginya, mereka hanyalah alat untuk memperluas kekuatan iblis. Fakta ini memperlihatkan bagaimana Doma, meski tampak ramah, sebenarnya hanyalah sosok manipulatif yang memanfaatkan orang lain.
Gyutaro dan Daki pada akhirnya sangat loyal kepada Muzan, tetapi asal-usul mereka sebagai iblis tidak bisa dilepaskan dari campur tangan Doma, menjadikannya tokoh penting dalam jalannya kisah Demon Slayer.
5. Senjata Kipas Emas dan Seni Bela Diri Tessenjutsu

Doma memiliki gaya bertarung yang unik dengan menggunakan sepasang kipas emas berukir motif bunga teratai. Senjata ini bukan sekadar aksesori, melainkan senjata mematikan yang ia gunakan dengan keahlian seni bela diri Tessenjutsu.
Dengan teknik ini, ia mampu menangkis serangan sekaligus melancarkan serangan cepat yang mematikan. Kipas emas Doma bisa menciptakan hembusan angin tajam yang diperkuat dengan kekuatan es dari Blood Demon Art-nya. Kombinasi keduanya menjadikan Doma sebagai lawan yang sulit ditandingi, karena ia menguasai pertahanan dan serangan secara bersamaan.
Dalam pertarungan di Infinity Castle, Doma menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menggunakan kipasnya untuk membekukan lawan dan mengontrol medan tempur. Penguasaan Tessenjutsu ini juga menegaskan bahwa kekuatannya bukan hanya berasal dari kemampuan iblis, melainkan juga keahlian seni bertarung yang terlatih.
6. Blood Demon Art: Manipulasi Es

Salah satu kekuatan paling mengerikan dari Doma adalah Blood Demon Art-nya yang berbasis manipulasi es. Ia mampu menciptakan salju, es, dan hawa dingin mematikan dari tubuhnya, lalu menggunakannya untuk menyerang maupun bertahan.
Es yang dihasilkannya tidak hanya tajam, tetapi juga beracun bagi manusia karena dapat membekukan organ dalam seperti paru-paru, membuat korbannya sulit bernapas. Teknik es Doma juga bisa menciptakan klon es yang menyerang lawan secara bersamaan, membuatnya sulit dikalahkan. Suhu ekstrem dari kekuatannya bahkan menghalangi syarat kebangkitan Demon Slayer Mark, karena tubuh manusia tidak bisa mencapai panas yang dibutuhkan di lingkungan dingin.
Hal ini membuat Doma menjadi musuh yang sangat berbahaya, bahkan bagi para Hashira sekalipun. Dengan kipas emasnya, ia memadukan Tessenjutsu dan es untuk menciptakan gaya bertarung yang indah sekaligus mematikan.
7. Pertarungan dengan Kanao, Inosuke, dan Shinobu

Doma menjadi lawan utama dalam salah satu pertarungan paling emosional di Infinity Castle. Ia berhasil mengalahkan Shinobu Kocho, Insect Hashira, dengan mudah dan bahkan menyerap tubuhnya. Namun, hal itu menjadi awal kekalahannya, karena Shinobu telah meracuni tubuhnya dengan jumlah racun wisteria dalam dosis sangat besar.
Kanao dan Inosuke kemudian melanjutkan pertempuran dengan penuh kebencian. Meski Doma tetap mendominasi berkat kecepatan dan kekuatan esnya, racun Shinobu akhirnya melemahkan tubuhnya. Kanao dengan penglihatan super tajamnya berhasil membaca kelemahan Doma, sementara Inosuke membantu memberikan serangan penentu.
Pada akhirnya, mereka berhasil memenggal kepala Doma setelah perjuangan keras. Pertarungan ini menjadi klimaks dramatis yang memperlihatkan bagaimana gabungan strategi, tekad, dan pengorbanan mampu menjatuhkan iblis kelas atas sekuat dirinya.
8. Kepribadian yang Menipu

Doma dikenal sebagai sosok yang selalu tampak ceria, ramah, dan suka bercanda. Namun, di balik wajah cerianya tersembunyi sifat psikopat yang kejam. Ia sering berbicara dengan nada santai bahkan ketika sedang melakukan pembunuhan. Doma percaya bahwa dengan memakan manusia, ia sebenarnya sedang "menyelamatkan" mereka dari penderitaan dunia.
Keyakinan ini mencerminkan betapa bengkoknya cara berpikirnya. Sikap ramahnya hanyalah topeng untuk menutupi sifat asli yang dingin dan penuh manipulasi. Bahkan sesama iblis seperti Akaza dan Muzan merasa terganggu dengan sikapnya yang terlalu santai dan tidak menunjukkan rasa hormat penuh pada hierarki.
Doma bisa beradaptasi dalam percakapan, berpura-pura peduli pada orang lain, namun sejatinya ia tidak memiliki emosi sejati. Inilah yang membuatnya menjadi salah satu karakter paling berbahaya, karena orang-orang mudah tertipu oleh kepribadian palsunya.
9. Kemampuan Regenerasi dan Adaptasi Racun

Sebagai iblis peringkat atas, Doma memiliki kemampuan regenerasi luar biasa. Bahkan ketika Akaza menghancurkan kepala dan rahangnya, ia bisa pulih seketika tanpa menunjukkan rasa sakit.
Dalam pertarungan melawan Shinobu, Doma juga menunjukkan kemampuan adaptasi luar biasa terhadap racun. Meskipun tubuhnya dipenuhi racun wisteria dalam jumlah setara ratusan kali dosis mematikan, ia masih bisa bertahan cukup lama dan bahkan mencoba menetralisir efeknya.
Kecepatan adaptasi tubuhnya membuat Shinobu kaget, karena biasanya racunnya selalu mematikan bagi iblis. Namun, kemampuan ini juga menjadi titik balik yang membuat racun Shinobu bekerja perlahan hingga akhirnya melemahkan Doma. Ketangguhan fisik, regenerasi instan, serta resistensi racun menjadikan Doma hampir mustahil dikalahkan dengan cara biasa, sehingga diperlukan kombinasi strategi dan pengorbanan besar untuk menjatuhkannya.
10. Kematian dan Emosi Pertama Doma

Menariknya, saat menghadapi kematian, Doma justru mulai merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami: emosi sejati. Setelah diserang oleh racun Shinobu dan dipenggal oleh Kanao dan Inosuke, ia untuk pertama kalinya menunjukkan rasa cinta, ironisnya kepada Shinobu, yang baru saja ia bunuh.
Doma menyadari bahwa ia sebenarnya menganggap Shinobu lucu dan menggemaskan, sehingga memunculkan perasaan cinta yang tulus di saat terakhir hidupnya. Fakta ini memperlihatkan bahwa meski ia tidak pernah bisa merasakan emosi sepanjang hidupnya, kematian justru membuka pintu bagi pengalaman baru.
Perasaan ini sekaligus menjadi simbol kekalahan Doma, karena ia kalah bukan hanya oleh racun dan pedang, tetapi juga oleh emosi manusia yang tidak pernah ia miliki. Inilah yang menjadikan kematiannya tragis sekaligus penuh makna dalam kisah Demon Slayer.